Peluang rebound minyak sangat tipis

JAKARTA. Harga minyak belum menemukan harapan sepanjang pasokan terus melimpah. Kenaikan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih kecil dari angka sebelumnya hanya mampu membawa harga naik tipis.

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/11) pukul 15.28 WIB harga minyak kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa New York Mercantile Exchange naik tipis 0,4% dari sehari sebelumnya ke level US$ 45,40 per barel. Namun selama sepekan terakhir minyak turun 2,6%.

Data cadangan minyak AS yang dirilis Kamis kemarin naik 2,8 juta barel atau lebih kecil dari kenaikan sebelumnya sebesar 3,4 juta barel. Namun, kenaikan ini lebih tinggi dari proyeksi analis sebesar 2,5 juta barel. “Pasar masih khawatir dengan pasokan minyak dunia yang saat ini masih melimpah,” ujar Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures.

Pasokan yang melimpah membuat harga dalam tren melemah. Kenaikan akhir pekan ini hanya sentimen sesaat yang tak bisa mengubah tren bearish.

Berdasarkan data dari International Energy Agency (IEA) produksi minyak global pada akhir semester pertama tahun ini sebesar 95,7 juta barel per hari. Sedangkan konsumsi rata-rata hanya 93,8 juta barel per hari.

Ancaman penambahan pasokan terus menghadang mengingat negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC belum setuju untuk memangkas produksi minyak. Apalagi, akan ada tambahan pasokan lagi setelah sanksi Iran dicabut.

Berdasarkan catatan Bloomberg, negara yang bergantung pada minyak memiliki sejarah pemulihan yang cukup cepat setelah adanya gangguan. Di tahun 2013 Venezuela mampu meningkatkan produksi menjadi 2 juta barel per hari dalam waktu 4 bulan meski ada kerusakan peralatan yang disebabkan oleh upaya kudeta terhadap Presiden Hugo Chavez.

Kemudian di tahun 2011 saat ada perang saudara di Lybia hingga produksi minyak menjadi 0, pasar memperkirakan negara tersebut mampu meningkatkan kembali produksi menjadi 2 juta barel dalam waktu 18 bulan. Kenyataannya, produksi melebihi 2 juta barel dalam waktu enam bulan.

“Belum lagi dari Rusia juga melaporkan bahwa produksi minyak mentah negara tersebut mencapai rekor tertinggi menjadi 10,78 juta barel per hari,” papar Deddy. Rusia pun menolak untuk memangkas produksi minyak. Hingga akhir tahun Deddy menduga harga minyak akan bergerak pada kisaran US$ 40 – US$ 50 per barel.

Peluang rebound minyak sangat tipis mengingat hampir semua negara produsen minyak terbesar terus memompa produksinya. “Saya belum melihat adanya langkah-langkah yang mampu mengangkat harga minyak,” pungkas Deddy.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*