Peluang Harga Emas ke $1,000 Membesar


shadow

FINANCEROLL – Harga Emas turun 16 persen di tahun ini dari posisi termahalnya dibulan Maret setelah sinyalemen penguatan ekonomi AS mampu menggerakkan Dolar AS ke posisi terkuatnya atas mata uang lainnya dalam lima tahun ini, selain itu muncul spekulasi bahwa The Federal Reserve akan bergerak untuk menaikkan suku bunga kembali. Disisi lain, jatuhnya harga minyak membantu laju inflasi AS terkendali  dan pasar saham AS mengalami kenaikan pula.

Saat ini, tidak ada sentiment pendukung yang bisa mendukung investasi Emas. Potensi kenaikan suku bunga AS menghadang didepan, Dolar mengalami appresiasi, dimana kedua sentiment ini menjadi kesatuan yang solid bagi investor menjatuhkan pilihan investasinya pada emas kembali. Disaat yang sama ketakutan akan laju inflasi juga mereda.

Posisi beli yang dipertahankan investor mengalami penurunan sebanyak 25,226 kontrak menjadi 45,072 kontrak berjangka dan opsi yang berakhir pada 4 November, berdasarkan data Komisi Perdagangan Berjangka AS. Jatuhnya posisi beli yang dipertahankan investor sebesar 12 persen ini adalah yang terbesar  penurunannya sejak Desember 2012 lalu. Jumlah asset dalam bentuk ETF di SPDR Gold Trust, menurun 1.9 persen, menjadi pekan penurunan ketiga secara beruntun. Laju inflasi AS, diukur dari bunga Obligasi 5T, mengalami penurunan 12 persen di tahun ini, ini merupakan yang paling besar sejak 2008.

Peluang jatuhnya harga emas ke $1,000 makin terbuka lebar dengan jatuhnya harga minyak mentah. Disisi lain, peningkatan pembelian emas di Asia akan menjadi penahan bagi jatuhnya harga emas lebih lanjut. Permintaan emas Cina akan naik 20% dalam tiga tahun ini, menurut World Gold Council. Pun demikian, kenaikan yang terjadi di bursa saham telah menggerogoti daya pikat emas sebagai tujuan pelindung investasi, harga emas diperkirakan sudah mendekati posisi termurahnya. Sejauh ini, harga emas di akhir tahun masih diperkirakan pada kisaran $1,050.

Dalam prespektif teknis, selama 14 hari perdagangan terakhir ini diketahui Indek harga emas masih dibawah angka 30 dalam 5 hari perdagangan terkini pada 6 November silam. Hal ini menandakan masih adanya peluang harga emas bisa menguat kembali. Beberapa pihak mempercayai peluang kenaikan ini setidaknya dalam satu bulan kedepan seiring dengan kenaikan bursa saham .

The Fed telah menyatakan bahwa kondisi ekonomi mengalami kemajuan pesat untuk mencapai target pengurangan pengangguran dan stabilitas harga sehingga bisa menjadi alasan bagi mereka dalam menaikkan suku bunga lebih dini daripada yang diperkirakan pasar. Kenaikan suku bunga ini akan semakin membuat emas kehilangan daya pikatnya mengingat emas khususnya emas batangan selama ini menjadi incaran investor karena potensi kenaikan harganya. Sementara itu, tingkat pengangguran AS berada dalam posisi terendah selama enam tahun ini di bulan Oktober kemarin.

Disaat bank-bank sentral di Eropa dan Jepang  mencoba untuk merangsang perekonomiannya, harga emas di pasar spot mengalami penurunan sebesar 3.5 persen di tahun ini, penjualan emas batangan dalam nominasi Yen mengalami kenaikan 5.1 persen sementara dalam Euro mengalami kenaikan 6.5 persen pula. Melihat potensi kebijakan kuantitatif baik di Eropa dan Jepang, akan menjadi sentiment positif bagi emas dalam jangka panjang.

Kebijakan stimulus cenderung membuat emas naik. Selama Desember 2008 – Juni 2011, harga emas mengalami kenaikan sebesar 70 persen setelah bank-bank sentral secara global melakukan peningkatan suplai uangnya dalam jumlah yang tidak pernah terkirakan sebelumnya.  Hal ini mendorong keprihatinan akan potensi inflasi lebih yang besar. Begitu pula sebaliknya, saat kebijakan stimulus ini dikurangi dan diakhiri, harga emas anjlok 28 persen di 2013, ini merupakan penurunan harga emas yang paling besar dalam tiga dekade, setelah beberap investor kehilangan kepercayaan pada emas.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*