Pelemahan Rupiah Dampak Kepanikan Investor Atas Rencana The Fed

Jakarta -Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) hari ini menguat hingga Rp 12.000. Ini dampak kekhawatiran investor terhadap rencana Bank Sentral AS The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunganya.

“Depresiasi rupiah imbas kepanikan investor karena mereka menganggap kalau The Fed akan merealisasikan rencananya. Jeleknya The Fed itu setiap di akhir pidatonya selalu mengemukakan pernyataan ambigu sehingga berspekulasi terhadap pasar jadi imbasnya ke rupiah,” ujar Sekretaris Umum Forum Komunikasi CSA (FK–CSA) Reza Priyambada di acara Investor Summit and Capital Market Expo 2014 dengan tema ‘Investasi di Pasar Modal Sebagai Gaya Hidup Untuk Masa Depan yang Lebih Baik,’ di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (18/9/2014).

Reza menjelaskan, pergerakan sektor keuangan khususnya pasar modal sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global.

“Yang paling pengaruhi mood pelaku pasar yaitu pergerakan rupiah dan bursa saham seperti apa dampak The Fed, sampai akhir tahun ini belum tentu akan naikin suku bunga tapi karena panik duluan akhirnya rupiah terkena imbasnya, itu harus diwaspadai,” terang dia.

Sementara dari dalam negeri, Reza menyebutkan, pelaku pasar masih menunggu susunan pembentukan kabinet baru. Investor tidak melihat besaran jumlah yang akan menempati kabinet baru, namun sosok yang lebih andal di bidangnya.

“Kalau dari sisi politik pelaku pasar akan menunggu orang-orang yang dipilih, kemarin kan postur kabinet disebutkan 34 menteri, ini bukan soal ramping atau gemuk tapi penempatan orang-orangnya, sesuai atau tidak. Suka atau tidak tahun ini sentimen politik akan mengontaminasi market, kalau Jokowi salah menempatkan orang maka akan mengubah mood,” kata Reza.

Di sisi lain, Reza menambahkan, kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya berdampak sementara terhadap pasar.

“Dampak sementara, pendek, dalam jangka panjang nggak terlalu masalah, jangka pendek hanya shock therapy. Investor pasti melihat setiap pergantian kepemimpinan pasti akan ada kenaikan. Biasanya profit taking dulu, dalam beberapa minggu atau bulan akan kembali,” jelas dia.

Terkait hal itu, Reza memprediksikan pergerakan rupiah berada di kisaran Rp 11.800-Rp 12.500, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 5.250-5.350 di akhir tahun ini.

“Ini kalau asumsi kondisi ekonomi stabil, sentimen global setidaknya bisa mereda terkait konflik, pelemahan ekonomi di China dan Eropa bisa membaik,” katanya.

(drk/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*