Pasca reli panjang, perak bisa terkoreksi

Pasca reli panjang, perak bisa terkoreksi

JAKARTA. Harga perak berlanjut reli mengekor harga emas. Laju kenaikan harga perak sudah berlangsung selama tujuh hari perdagangan.

Kemarin (10/2) hingga pukul 16.15 WIB, harga perak untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di Bursa Commodity Exchange (Comex) naik 1,2% menjadi US$ 20,165 per ons troi. Jika dihitung sejak awal tahun, harga perak sudah naik sebesar 4,1%.

Sebelumnya, keputusan The Fed memangkas stimulus moneter berbuntut melemahnya dollar AS. Akibatnya, pelaku pasar beralih mengoleksi emas. Inilah yang ikut menyokong perak. Sebab, harga perak cenderung sejalan dengan emas, sebagai pemimpin di komoditas logam mulia.

Apalagi, data penambahan tenaga kerja AS yang dirilis pekan lalu kurang memuaskan. “Data yang dirilis itu menunjukkan, pemulihan ekonomi AS tidak merata. Ditambah aksi jual di pasar saham negara berkembang, sehingga emas dan perak mendapat manfaat dari meningkatnya permintaan safe haven, “kata Zhu Siquan, analis GF Futures Co. di Guangzhou, seperti dikutip Bloomberg.

Namun, analis PT Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar menilai, pergerakan harga perak sejauh ini masih belum signifikan. Menurutnya, sentimen harga perak sebenarnya masih bersifat teknikal.

Namun, secara psikologis, saat ini, harga perak juga tersokong sentimen positif jelang pidato perdana Gubernur The Fed, Jannet Yellen. Pasar berharap, dalam pidatonya besok, Yellen bakal memaparkan rencana Quantitative Easing (QE) yang baru.

Tapi, Ariana bilang, harga perak juga berpotensi mulai terkoreksi pekan ini. Pasalnya, China akan merilis data trade balance per Januari, dan Australia akan melaporkan indeks business confidence bulan Januari. Kedua data tersebut diprediksi menunjukkan pelemahan.

Secara teknikal, apabila melihat pergerakan harga dari fibonacci, harga perak masih terpantau sideways. Harga berada di tengah-tengah area antara potensi rebound dan koreksi. Hal ini juga diperkuat indikator moving average convergence divergence (MACD) dan  relative strength index (RSI).

Kedua indikator itu  memperlihatkan indikasi sideways.  “Rilis data China dan Australia dapat menyebabkan volatilitas harga perak pada pekan ini,” tukas Ariana.

Ia memprediksi, pekan ini,  resistance terdekat mungkin akan tercatat di level fibonacci 72,8, yaitu pada harga US$ 20,83. Sedangkan, jika terjadi koreksi, kemungkinan harga akan menyentuh area US$ 19,90 hingga US$ 18,86 per ons troi.

“Harap waspada, apabila harga naik menyentuh area US$ 22,11 per ons troi, harga perak mungkin akan terkoreksi tajam,” ujar Ariana.

Editor: Dupla KS


Sumber: http://rss.kontan.co.id/v2/investasi

Speak Your Mind

*

*