Pasar Semen Lesu, Holcim Tekor Rp 123 Miliar

Jum’at, 18 September 2015 | 08:31 WIB

Pekerja melakukan aktifitas bongkar muat semen di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, 27 April 2015. Mengacu data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen kuartal I-2015 hanya 13,6 juta ton. Angka ini turun ketimbang periode yang sama 2013 sebanyak 14,07 juta ton. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Surabaya – Perekonomian Indonesia yang tengah lesu turut memukul industri semen PT Holcim Indonesia Tbk. Kerugian diderita akibat kenaikan biaya produksi yang berkaitan dengan energi, depresiasi mata uang rupiah, dan upah buruh. “Perusahaan mengalami kerugian Rp 123 miliar di semester pertama tahun ini,” kata CEO Holcim Indonesia, Gary Schutz, di Surabaya, Kamis, 17 September 2015.

Gary merinci, biaya tarif dasar listrik meningkat 22 persen, sedangkan biaya distribusi naik 17 persen karena naiknya harga bahan bakar 25 persen. Termasuk biaya pergudangan yang juga naik dan biaya tenaga kerja yang meningkat 32 persen. Secara keseluruhan, biaya operasional meningkat 26 persen menjadi Rp 949 miliar.

Berita Menarik
Diam-diam, Bon Jovi Manggung di Jalan TB Simatupang
Bon Jovi Manggung di Jalan TB Simatupang, Ini Penampakannya

Biaya-biaya keuangan juga meningkat lima kali lipat menjadi Rp 269 miliar karena terus melemahnya nilai tukar rupiah dan naiknya suku bunga pinjaman perusahaan sebagai konsekuensi dari penyelesaian pembangunan pabrik baru di Tuban. “Akibatnya, laba kotor perusahaan tergerus 26 persen pada angka Rp 1.061 miliar.” 

Hingga akhir semester pertama 2015, Holcim Indonesia menyatakan mampu mempertahankan pangsa pasar 13,9 persen. Namun, total volume penjualan turun 4,9 persen. Dampaknya, pendapatan perusahaan turun 1,4 persen menjadi Rp 4,86 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Hasil ini tercapai di tengah persaingan yang semakin meningkat karena jumlah pemain bisnis semen yang kini mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu,” ujar Gary.

Baca Juga
Silicon Valey dan NASA Berlomba Menarik Ahmed Mohamed
Ahmed Mohamed, Bocah Muslim Perakit Jam Diborgol di Depan Kelas

Semua penurunan itu, menurut Gary, karena menurunnya pula pasar semen domestik 5 persen menjadi 28,7 juta ton pada semester pertama 2015 ini. Penurunan kebutuhan nasional itu mencerminkan lemahnya perekonomian dan daya beli masyarakat yang masih berlangsung hingga saat ini. “Sementara, proyek-proyek pemerintah pada beragam sektor seperti infrastruktur, masih belum juga terealisasi.”

Meski begitu, Holcim tetap optimistis paket kebijakan ekonomi yang diluncurkan Presiden Joko Widodo dapat berangsur memulihkan keadaan. Selain itu, dia menambahkan, Holcim juga telah melakukan perampingan untuk mengurangi biaya-biaya operasional.

ARTIKA RACHMI FARMITA

Simak
Dua WNI yang Disandera Akhirnya Dibebaskan
Pengungsi Korban Tendangan Jadi Pelatih Bola di Getafe


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*