Pasar Obligasi Waspadai Rupiah

INILAHCOM, Jakarta – Laju harga obligasi sepekan ke depan diprediksi berada dalam rentang 55 hingga 85 bps. Pemodal disarankan mewaspadai gerak nilai tukar rupiah. Mengapa?

Dalam sepekan ke depan, Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengharapkan pelemahan di pasar obligasi dapat mereda seiring berkurangnya tekanan jual dari pelaku pasar.

“Apalagi jika sentimen sepekan ke depan dapat lebih positif sehingga dapat membantu laju pasar obligasi dapat berbalik menguat,” katanya kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (18/9/2015).

Akan tetapi, lanjut dia, di sisi lain, para pemodal perlu mewaspadai akan laju rupiah yang mulai berkurang daya dorongnya sehingga perlu diwaspadai adanya potensi pembalikan arah setelah penguatan yang sangat signifikan.

“Sama halnya seperti pekan kemarin di mana laju nilai tukar rupiah masih akan menjadi perhatian dan disertai dengan data-data makroekonomi yang akan muncul,” tuturnya.

Diharapkan penguatan dapat kembali terjadi seiring masih adanya seri-seri obligasi yang masih di bawah harga par nya. Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran 55 hingga 85 bps. “Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada,” kata dia mewanti-wanti.

Dalam sepekan ke depan, pemerintah Indonesia akan melakukan lelang penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Selasa, tanggal 20Oktober 2015.

Seri-seri SBSN yang akan dilelang adalah SBSN berbasis proyek (Project Based Sukuk) yaitu seri PBS006 (reopening) dengan jatuh tempo 15 September 2020 memiliki imbal hasil 8,25% dan PBS009 (reopening) dengan jatuh tempo 25 Januari 2018 memiliki imbal hasil 7,75%.

Selain itu juga akan dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 07042016 (new issuance) dengan jatuh tempo 7 April 2016 memiliki imbalan diskonto untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*