Pasar Obligasi Ikuti Kelumpuhan di Bursa Saham

INILAHCOM, Jakarta-Mengikuti nasib rupiah dan IHSG, laju pasar obligasi sepekan terakhir berada di zona negatif. Kelumpuhan pasar obligasi global setelah rapat FOMC the Fed jadi pemicunya.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, tekanan aksi jual masih dirasakan pasar obligasi meski tidak sederas pekan sebelumnya. “Sama halnya di pasar saham dan valas di mana IHSG dan Rupiah masih melanjutkan pelemahannya, pada pasar obligasi pun pelaku pasar belum mendapatkan sentimen positif yang dapat dijadikan pegangan mereka,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (23/8/2015).

Kepercayaan diri pelaku pasar tampaknya masih rendah untuk kembali masuk dan memborong sejumlah obligasi, baik pemerintah maupun korporasi meski harga beberapa obligasi tersebut telah di bawah par-nya.

“Pasarobligasi pun terkena imbas pelemahan obligasi global yang cenderung melemah seiringhasil dari rapat the Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang tidak memberikan sentimen yang baik ke pelaku pasar,” ujarnya.

Penilaian The Fed terhadap kemajuan perkembangan di sektor tenaga kerja mengindikasikan akan dilakukannya kenaikan suku bunga namun, The Fed juga masih mencermati kondisi global terutama dari imbas devaluasi Yuan terhadap perkembangan ekonomi makro global. “Kondisi itu masih menimbulkan ketidakjelasan kapan The Fed dengan pasti akan menaikan suku bunganya,” tuturnya.

Kondisi yang adapun di pekan kemarin kurang lebih sama dimana maraknya sentimen negatif membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jualnya. “Pelemahan lanjutan pun tak terhindarkan yang terlihat dari pergerakan tenor obligasi yang cenderung meningkat hampir di seluruh tenor,” ungkap dia.

Di sisi lain, melemahnya laju rupiah makin memperparah aksi jual sehingga kian menghambat pasar obligasi dapat bergerak positif. “Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield cenderung meningkat tipis,” papar Reza.

Peningkatan yield eperti yang terjadi dengan rating AA di mana di pekan sebelumnya di kisaran 11,20%-11,35% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya cenderung naik tajam berada di kisaran 11,45%-11,50%.

Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini dipengaruhi kondisi dalam negeri terutama berupa pelemahan nilai tukar rupiah dan belum adanya sentimen positif dari dalam negeri,” ucapnya.

Harga obligasi Pemerintahcenderung melemah tajam yang terefleksi dari naiknya yield untuk semua tenor. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor menengah(5-7tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-rata yield 6,80bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 9,98bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami kenaikan yield hingga 6,59bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun kembali turun harganya hingga -84,24bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun turun tajam harganya hingga -105,14bps.

Di pekan kemarin Pemerintah telah melelang Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah pada Selasa, 18 Agustus 2015. Jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015. Adapun seri-seri yang dilelang sebagai berikut:

  1. Seri SPN12160512 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 12 Mei 2016;
  2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
  3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
  4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.

Di pekan kemarin, nilai yang ditawarkan lebih rendah dari lelang SUN sebelumnya. Meski sentimen di pekan kemarin masih terdapat sentimen negatif namun, permintaan akan lelang SUNcukup tinggi dan bahkan mampu melampaui target indikatifnya.

Meskijumlah SUNyang dilelang masih sama seperti lelang SUN sebelumnya namun, nilai penawarannya lebih rendah. Lelang SUNyang terserap lebih banyak pada tenor jangka pendek dan jangka panjang hingga 10 tahunan.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp20,89 triliun, lebih rendah dibandingkan lelang SUNperiode sebelumnya, Selasa(4/8) yang mencapai Rp28,06 triliun.

Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp12 triliun atau di atastarget indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp8 triliun. Pemerintah tidak memenangkan 1 seri SUNyaitu, FR0073.

Sementara seri lainnya yang dimenangkan antara lain seri SPN12160512 (reopening) dengan permintaan yang masuk dari investor Rp4,81 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 6,45% dan Imbal hasil tertinggi 7,00%.

Seri ini diserap Rp2triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,64% dan tingkat imbalan diskonto. Kemudian, seri FR0053(reopening) mengalami permintaan Rp7,83 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,28% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,67% serta diserap Rp5,56triliun.

Seri FR0056 mengalami permintaan Rp6,50 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,55% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,90% serta diserap Rp4,45triliun. Seri FR0073 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp1,76 triliun dan diserap Rp4,45triliun dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 8,57% dan tingkat kupon8,66%.

Selain itu, pada Jumat, 21 Agustus 2015, Kementerian Keuangan telah melaksanakan transaksi pembelian kembali Surat Utang Negara (SUN) secara langsung di pasar sekunder. Tujuan transaksi SUN secara langsung ini adalah untuk melakukan pengelolaan portofolio SUN dengan sasaran untuk menarik seri-seri Obligasi Negara (ON)Fixed Rateyang kurang likuid.

Transaksi ini sekaligus memberikansupportuntuk SUN yang umumnya sedang mengalami tekanan penjualan. SUN yang ditransaksikan meliputi dua seri SUN dengan jumlah atau nilai nominal yang dibeli Pemerintah sebesar Rp500 miliar.

Adapun seri SUN tersebut ialah FR0048 dengan kupon 9,00%; jatuh tempo 15 September 2018; jumlah pembelian sebesar Rp320 miliar; dan harga rata-rata tertimbang 101,90%. Lalu, FR0036 dengan kupon 11,50%; jatuh tempo 15 September 2019; jumlah pembelian sebesar Rp180 miliar; dan harga rata-rata tertimbang 109,95%.[jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*