Pasar Obligasi Alami Pelemahan Seiring Pelemahan Rupiah ke Rp 11.600

shadow

pasar obligasi adilsiregar 25 www.financeroll.co.id imagesFinanceroll – Sejak pembukaan perdagangan, awal pekan ini, pasar obligasi menunjukkan pelemahan kinerja di tengah pelemahan rupiah yang menembus level 11.600 rupiah per dollar.

Berdasarkan hasil riset Eastpring Investments Management, surat utang dengan tenor menengah dan panjang tercatat terkoreksi sekitar 50–100 basis poin.

Untuk harga seri FR007 yang bertenor 10 tahun kini berada pada kisaran 102 (8,07 persen), sementara FR0068 dengan tenor 20 tahun bergerak di kisaran harga 98,5 (8,53 persen). Analis Obligasi PT Millenium Danatama Asset Management mengatakan bahwa pelemahan yang terjadi belum bisa dikatakan signifikan dan bersifat sementara.

Kepemilikan asing di pasar obligasi juga masih tercatat cukup besar. Pelemahan ini, dikatakan, semata-semata terjadi karena sudah naik di awal Februari lalu di mana SUN tenor 10 tahun sempat berada di bawah level 8 persen. Saat ini stagnan karena memang di awal Februari telah mengalami kenaikan. Imbal hasil SUN tenor 10 tahu sempat di bawah 8 persen itu jauh di atas estimasi.

Perekonomian Amerika Serikat (AS) yang semakin membaik akhirnya mendorong pelemahan rupiah beberapa hari ke belakang. Faktor eksternal ini juga tecermin dari pelemahan mata uang yang juga terjadi di beberapa negara. Selanjutnya di bulan Mei dan Juni nanti pasar obligasi akan terpengaruh jatuh temponya beberapa obligasi korporasi. Nantinya hal ini juga akan memengaruhi laju dari rupiah.

Untuk sekarang dollar cenderung menguat disebabkan perekonomian Amerika yang menguat. Faktornya lebih condong eksternal.

Berdasarkan hasil riset Eastpring Investment Management Pada hari kemarin, tidak terlihat aksi jual yang signifikan. Kendati demikian, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang hadir di tengah kelesuan pasar dapat menahan berlanjutnya penurunan. Di hari sebelumnya, volume transaksi di pasar obligasi juga tercatat relatif rendah.

Sentimen negatif dari melemahnya nilai tukar rupiah menekan harga obligasi di pasar sekunder ungkap tim analis Easpring Investments Management.

Meskipun sedang mengalami volatilitas yang tinggi, Head of Intermediary Business Schroders Indonesia, mengatakan di tahun 2014 ini pasar obligasi akan lebih bergairah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi seiring dengan ekspektasi inflasi yang semakin melandai sehingga menyebabkan imbal hasil (yield) dari obligasi turut menurun. Dengan menurunnya imbal hasil, maka harga obligasi akan terdongkrak naik.

Bond market akan lebih bergairah di tahun ini ditambah ekspektasi inflasi turun maka yield turun, jika yield turun maka harga oblgasi akan naik.

Sejak awal tahun (year-todate) kepemilikan asing di pasar obligasi sebesar 47,22 triliun rupiah, lebih besar dibandingkan kepemilikan asing di pasar saham sebesar 32 triliun rupiah. Besarnya kepemilikan asing tersebut, menurut Adrian, didorong oleh adanya ekpektasi membaiknya ekonomi Indonesia baik dari sisi inflasi, current account deficit, rupiah yang akan menguat, dan potensi laba per saham yang ada.

Jumlah 40 triliun tersebut, diserap oleh bank sentral dan fund manager asing. Tren surat utang yang diminati dua institusi tersebut adalah yang bertenor 10-20 tahun.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*