Pamor si kuning kembali berkilau

JAKARTA. Emas memancarkan kilaunya setelah prospek kenaikan suku bunga The Fed tertahan. Di saat yang sama, gejolak di bursa saham global ikut memoles logam mulia.

Mengutip Bloomberg, Selasa (9/2) pukul 17:30 WIB, harga emas kontrak April 2016 di Commodity Exchange menyusut 0,68% ke US$ 1.189,9 per ons troi. Tapi jika melihat sepekan terakhir, harga emas sudah menanjak 5,59%.

Awal pekan ini, harga emas sempat menyentuh US$ 1.200 per ons troi atau level tertinggi sejak Juni 2015. Analis SoeGee Futures Alwi Assegaf menilai, harga emas dalam dua bulan terakhir menguat signifikan. Sejak akhir tahun 2015, harga emas menanjak hingga 12%.

Kecemasan ekonomi global memicu aksi jual di bursa saham. Pasar saham Asia anjlok menyusul koreksi bursa AS dan Eropa awal pekan ini. Saham perbankan di Eropa berjatuhan lantaran ada penerapan suku bunga negatif oleh Bank Sentral Eropa.

“Investor meninggalkan aset berisiko dan beralih ke safe haven yakni emas,” papar Alwi.

Harga emas juga didorong proyeksi, The Fed sulit mengerek suku bunga Maret nanti. Imbasnya, pamor emas sebagai aset non bunga menjadi terangkat. Hal itu terlihat dari derasnya arus inflow ke exchange-traded fund (ETF).

Lebih dari US$ 2,6 miliar dana mengalir ke ETF sepanjang tahun ini dengan aset emas berada di level tertinggi sejak Juli 2015.

Mengacu data Bloomberg, kepemilikan emas di exchange-traded product (ETP) naik selama 15 hari berturut-turut atau kenaikan terpanjang sejak September 2012. Aset di ETP naik 2,6% menjadi 1.555 metrik ton pekan lalu atau kenaikan mingguan terbesar sejak Mei 2010.

Pelaku pasar akan terus mengikuti perkembangan di AS. Investor ingin mengetahui, apakah dengan kondisi ekonomi global yang masih lesu The Fed mampu menaikkan suku bunga.

Pasar akan mencari tahu hal tersebut melalui testimoni Gubernur The Fed Janet Yellen pekan ini. Jika pernyataan Yellen sama seperti saat pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tahun lalu, yakni masih dalam jalur normalisasi kebijakan, maka kenaikan harga emas bisa tersendat.

Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures, menambahkan, merosotnya harga minyak mentah turut memoles emas. Penurunan harga minyak membuat pasar energi di AS rugi besar yang berimbas pada jatuhnya saham emiten.

“Investor menarik dana dari industri tersebut dan beralih ke emas,” kata Deddy.

Jika melihat prospek ekonomi global, Deddy optimistis, harga emas menyentuh US$ 1.300 per ons troi pada tahun ini. “Di 2016, emas sepertinya akan menjadi aset menarik,” imbuh dia.

Pada Rabu (10/2), Deddy memprediksi, emas melemah di US$ 1.174,9-US$ 1.205,8 per ons troi dan US$ 1.164- US$ 1.220 per ons troi dalam sepekan ke depan. Alwi menduga, harga emas terkoreksi di level US$ 1.167 – US$ 1.200 per ons troi pada Rabu dan US$ 1.152-US$ 1.200 sepekan ke depan.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*