Otot dollar AS benamkan harga minyak

JAKARTA. Selama tiga hari terakhir di pekan lalu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun. Penguatan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) kembali menekan harga minyak. Harga minyak turun juga akibat permintaan China melemah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (19/9), kontrak pengiriman minyak bulan November 2014 di New York Mercantile Exchange turun 0,36% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 91,65 per barel. Sejak akhir bulan lalu, harga sudah terpangkas 3,55%.

Sebaliknya harga minyak Brent, pada Jumat (19/9) naik 0,71% dibandingkan hari sebelumnya ke US 98,39 per barel. Sementara di pekan yang berakhir pada 12 September 2014, stok minyak AS naik 3,67 juta barel menjadi sekitar 362,3 juta barel.

Menurut Tonny Mariano, Analis Harvest International Futures, faktor dominan yang membuat harga minyak melemah adalah penguatan dollar AS. “Penguatan dollar AS menyebabkan daya tarik minyak turun,” ujar Tonny, kemarin.

Selain penguatan dollar AS, pelambatan perekonomian Tiongkok turut menekan harga minyak. Maklum, China merupakan negara importir minyak mentah. “Belum ada fundamental berarti yang dapat menggerakkan harga minyak menguat,” tandasnya.

Sedangkan Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir menilai, investor khawatir dengan outlook permintaan minyak setelah AS mengumumkan data ekonomi pada Kamis (18/9) lalu. Di antaranya, pembangunan rumah AS bulan Agustus turun dan aktivitas manufaktur Philadelphia juga menurun.

Referendum Skotlandia Akhir pekan kemarin, pasar juga menunggu hasil referendum Skotlandia. Maklum produksi minyak Laut Utara berada di Skotlandia. Jika Skotlandia merdeka, ada kekhawatiran mengenai kelanjutan produksi minyak di Laut Utara.

“Tapi kekhawatiran hilang, karena hasil referendum, Skotlandia tetap menjadi bagian dari Inggris,” kata Zulfirman. Secara teknikal, Zulfirman bilang harga minyak masih bergerak di bawah moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200. Kegagalan mencapai level support US$ 90,4 dapat memicu aksi bargain-hunting dan mendorong pergerakan sideways seperti yang ditunjukan oleh indikator MACD dan stochastic yang mendatar.

Sepekan ke depan, Zulfirman memprediksi, harga minyak di US$ 90,40-US$ 93,65 per barel. Tony menduga harga minyak di US$ 90- US$ 95 per barel.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*