OPEC Ingin Pangkas Produksi Minyak Lagi?

INILAHCOM, New York – Harga minyak terlempar jauh ke bawah pada Senin (27/3/2017), terbebani oleh kekhawatiran baru tentang pasokan minyak global setelah pertemuan produsen OPEC gagal untuk memberikan kesan baik pada investor.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei jatuh 44 sen atau 0,9% ke angka US$47,53 per barel, sementara itu mintak mentah Brent untuk Mei turun 33 sen atau 0,7% ke harga US$50,47 per barel. Pada Jumat (24/3/2017), minyak mentah WTI naik 0,5% tetapi masing-masing mengalami kerugian sebesar 1,7% dan 1,9%.

Lima negara perwakilan yang menandatangani perjanjian produksi dengan OPEC, yakni Kuwait, Algeria, Venezuela, dan negara non-OPEC seperti Rusia dan Oman, mengadakan pertemuan di Kuwait pada Minggu (26/3/2017) untuk meninjau tingkat kepatuhan tiap negara.

Sementara itu, sebagian besar anggota masih mempertahankan perjanjian untuk tetap mengurangi produksi, data menunjukkan bahwa tidak semua anggota non-OPEC memenuhi kuota produksi.

Harga mengalami penurunan pada Senin (27/3/2017) pertemuan ini memberikan sedikit kabar kurang baik, kata para analis. Para pejabat OPEC mendesak anggota untuk memotong produksi minyak sejalan dengan kesepakatan tahun lalu dan mengatakan komite kepatuhan akan bertemu  lagi pada akhir April untuk merekomendasikan kepada kartel apakah pemotongan produksi perlu diperpanjang pada enam bulan selanjutnya.

“Kemampuan dari tiap produsen saat ini untuk memberikan dukungan harga yaitu dengan melakukan pemotongan produksi masih terbatas kecuali jika dibuatnya pernyataan yang lebih kolektif,” kata analis di JBC Energy Research Center, pada Senin yang dikutip dari marketwatch.com.

“Perhatian utama tetap berapa lama OPEC dan produsen minyak lainnya akan bersedia mendukung pertumbuhan produksi minyak mentah. Kita melihat risiko terhadap pasokan minyak mentah Amerika terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang vs masalah utama kita saat ini dan kija stabil atau lebih tinggi maka harga akan stabil, setiap barel yang diproduksi di Amerika secara teori akan diimbangi dengan rendahnya produksi di tempat lain,” kata analis JBC.

Sebuah laporan dari Bker hughes yang dirilis pada Jumat (24/3/2017) menunjukkan jumlah rig minyak Amerika yang aktif naik 21 menjadi 652 rig pekan lalu. Ini menunjukkan kemungkinan kenaikan produksi dalam negeri untuk masa yang akan datang. Jumlah rig minyak telah naik setiap minggunya dalam tahun ini.

“Kami mengingatkan bahwa aksi jual di pasar minyak dipicu oleh rekor peningkatan persediaan minyak Amerika, yanng tidak terlihat akan menurun di bawah pemerintahan Trump yang menginginkan minimnya ketergantungan energi bagi Amerika,” kata IPek Ozkardeskaya, senior analis pasar di London Capital Group.

Tapi investor telah mulai menilai kembali apakan Presiden Amerika Donald Trump dapat mendorong agenda pajak dan reformasi ambisiusnya, setelah RUU Kesehatan Republik ditarik pada Jumat (24/3/2017) karena kurangnya dukungan.

MInyak telah terdorong lebih rendah karena beberapa kelas aset yang berbeda mengalami tekanan. Saham future Amerika yang menunjuk ke awal jauh lebih lemah di Wall Street, sementara emas bergerak lebih tinggi dan dolar mengalami penurunan yang tajam. [hid]
    


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*