Obligasi Lawan Arah Pasar Saham

INILAHCOM, Jakarta – Saat IHSG dilanda aksi jual, laju pasar obligasi dapat kembali mengalami kenaikan seiring aksi beli dengan memanfaatkan pelemahan sebelumnya.

“Apalagi, beberapa hari sebelumnya laju pasar obligasi sempat melemah meski laju nilai tukar Rupiah sedang membaik,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI), kepada INILAHCOM, di Jakarta, Selasa (23/2/2016)

Masih positifnya laju Rupiah akhirnya dapat direspon baik pelaku pasar. Meski demikian, tidak jarang masih ada beberapa tenor yang masih melemah harganya. Pada obligasi pemerintah, laju yield tenor pendek mengalami penurunan dibandingkan seri tenor lainnya.

Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan yield -1,84 bps; tenormenengah (5-7 tahun) naik sebesar 2,55 bps; dan panjang (8-30 tahun) naik 2,63 bps.

Dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atausukuk negara, pemerintah menyerap dana sekitar Rp 5,07 triliun. Tawaran yield dari investor yang terbilang rendah memicu pemerintah untuk mengamankan dana di atas target indikatif yang dipatok Rp 4 triliun. Dalam lelang sukuk kali ini, pemerintah meraih penawaran sebesar Rp 9,85 triliun. Terdapat empat seri sukuk yang dimenangkan oleh pemerintah.

Pertama, SPN-S 10082016 yang diserap Rp 1 triliun denganyield rata-rata tertimbang 5,84% dan imbalan diskonto. Jumlah penawaran yang masuk untuk instrumen tersebut mencapai Rp 3,65 triliun dengan yield terendah 5,75% danyield tertinggi 6,75%. Seri ini akan jatuh tempo pada 10 Agustus 2016;

Kedua, PBS006 yang dimenangkan sebesar Rp 360 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,23% dan kupon 8,25%. Seri ini menghimpun penawaran Rp 591 miliar dengan yield terendah 8,12% dan yield tertinggi 8,5%memiliki jatuh tempo pada 15 September 2020;

Ketiga, PBS009 yang dimenangkan sebanyak Rp 3,52 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,97% dan kupon 7,75%. Jumlah penawaran Rp 4,42 triliun dengan yieldterendah 7,65% dan yield tertinggi 8,5% memiliki jatuh tempo pada 25 Januari 2018. Keempat, PBS012 yang diserap Rp 195 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,77% dan kupon 8,87%.

Jumlah penawaran yang masuk mencapai Rp 876 miliar dengan yield terendah 8,75% danyield tertinggi 9,03% memiliki jatuh tempo 15 November 2031; Sementara seri PBS011 yang meraih penawaran sebesar Rp 305 miliar tidak dimenangkan oleh pemerintah.Seri ini memperoleh tawaran yield terendah 8,4% dan yield tertinggi 8,62%.

Aksi beli terlihat pada pergerakan obligasibenchmark yang mengalami kenaikan meski tipis. Mayoritas harga seri obligasi benchmark cenderung menguat a.l Pada FR0053 yang memiliki waktu jatuh tempo 6 tahun dengan harga 101,91% memiliki yield 7,80% atau turun -0,21 bps dari sehari sebelumnya di harga 101,90% memiliki yield 7,81%. Untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo 20 tahun dengan harga 97,75% dan yield 8,48% atau naik 0,27 bps dari sehari sebelumnya di harga 97,78% dan yield 8,48%.

Pada Selasa (23/2), rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price turun -0,07 bps di level108,38 dari sebelumnya di level 108,45. Sementara itu, rata-rata harga obligasi korporasi yang tercermin pada INDOBeX Corporate Clean Price turun -0,01 bps di level 105,21 dibandingkan hari sebelumnya ke level 105,22.

Sementara pada laju obligasi korporasi, beberapa laju yield kembali variatif cenderung naik tipis seiring masih adanya aksi jual meski lebih rendah dari sebelumnya. Pada obligasi korporasi dengan rating AAA dimana yield untuk tenor 9-10 di kisaran level 9,79%-9,82%.

Sementara pada obligasi korporasi dengan rating AA untuk tenor 9-10 tahun, yield nya di kisaran level 10,49%-10,51%. Untuk yield pada rating A dengan tenor 9-10 tahun di kisaran 11,55%-11,57% dan pada rating BBB di kisaran 14,49%-14,51%. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*