Di hari terakhir perdagangan valas pekan ini, rupiah alami tekanan jual cukup besar sejak awal sesi Asia dibuka anjlok cukup signfikan. Terpantau rupiah terus bergerak negatif, padahal kondisi dollar AS di pasar spot sedang tertekan juga. Jatuhnya nilai rupiah disebabkan investor lebih melirik obligasi AS yang memiliki yield menguntungkan sehingga dana asing pada obligasi pemerintah yang cukup dominan di tarik.
Demikian juga dengan BI turut melemahkan kurs referensinya cukup dalam dari perdagangan sebelumnya. Bangkitnya kekuatan rupiah sesi pagi belum membuat arus modal asing masuki bursa lebih banyak dibandingkan arus keluarnya sehingga tercetak net sell asing sebesar Rp273 miliar lebih. Namun tekanan jual yang dilakukan investor asing tersebut tidak dapat menekan IHSG yang sedang rebound kuat.
Lihat: IHSG 11 November Dibuka Lemah Tertekan Merosotnya Rupiah
Pergerakan kurs rupiah di pasar spot pagi ini bergerak negatif dengan posisi penurunan 3,59% dari perdagangan sebelumnya dan kini bergerak pada kisaran Rp13610/US$ setelah dibuka kuat pada level Rp13394/US$. Demikian untuk kurs Jisdor ditetapkan BI ke posisi lebih lemah di 13350 dari perdagangan sebelumnya di 13118.
Dan untuk pergerakan kurs Rupiah di pasar spot hari ini berpotensi kuat pada akhir perdagangan sekalipun dollar AS masih terus rally, sehingga Analyst Vibiz Research Center memperkirakan rupiah bergerak di level support di 13925 dan resistance di 13300.
H Bara/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center Editor : Jul Allens
—
Distribusi: Vibiznews
Speak Your Mind