Niat bank turunkan bunga mulai goyah

JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 7,75% bak dua sisi mata uang. Bisa jadi, kenaikan BI rate bisa meredam tekanan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter.

Sisi lain, keputusan mengerek BI rate membuat bank pikir-pikir menurunkan bunga kredit yang sudah ditunggu-tunggu khalayak. Padahal, sejak 1 Oktober lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mematok batas atas (capping) bunga simpanan deposito perbankan sebesar 200 bps di atas BI rate bagi nasabah bank BUKU IV, dan 225 bps bagi bank BUKU III. Dengan capping bunga deposito, harapannya bunga kredit bisa menurun.

Tapi, setelah BI rate naik, para bankir mulai berhitung lagi. Bank Bukopin, semisal, malah sudah berancang-ancang menaikkan bunga kredit sebesar 25 bps. “Semakin tinggi risiko kredit, maka semakin tinggi bunganya,” kata Glen Glenardi, Direktur Utama Bank Bukopin, kemarin. Begitu pula Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengendurkan rencana menurunkan bunga kredit.

Achmad Baiquni Direktur Keuangan BRI bilang, pasca pembatasan bunga deposito, peluang bank menurunkan bunga kredit memang terbuka. Tapi, kini rencana itu urung dilakukan. “Bank terpaksa menghitung ulang dengan kenaikan BI rate,” kata dia.

Setali tiga uang, Taswin Zakaria, Presiden Direktur Bank International Indonesia (BII) mengatakan, untuk menggunting bunga kredit, BII masih perlu berhitung lagi lantaran bunga acuan BI naik. Begitu pula Bank Mandiri.

Menurut Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, pihaknya tak akan menurunkan bunga kredit. “Kami cuma akan mempertahankan saja,” ujar Budi. Sejumlah bank juga akan menahan suku bunga kredit, setidaknya sampai akhir tahun ini. Contoh, Bank OCBC NISP. “Kami lihat kondisi dulu,” tandas Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP.

Sementara, Roy A Arfandy, Presiden Direktur Bank Permata memilih menanti respon pasar. Jika bank lain menaikkan bunga kredit, maka Bank Permata juga akan melakukan hal serupa. Jika pun naik, rasionya akan sama dengan kenaikan BI rate. Beda lagi dengan Bank Central Asia.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaadmaja mengatakan, BCA justru membuka peluang penurunan bunga untuk kredit pemilikan rumah (KPR) di tahun depan. Sementara, segmen kredit yang lain, bunganya akan tetap.

Agar tak naik tinggi, OJK berniat membatasi bunga kredit. “Capping bunga kredit insya Allah. Kami ingin ada jalan tengah yang baik,” kata Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK.

Editor: Barratut Taqiyyah


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*