Neraca Perdagangan Perkuat Rupiah Sepekan

INILAHCOM, Jakarta Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 0,36% ke 12.863. Salah satu katalisnya adalah sentimen positif dari surplusnya neraca perdagangan Indonesia. Seperti apa?

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang dilansir Bank Indonesia (BI), dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah menguat 47 poin (0,36%) ke posisi 12.863 pada pekan yang berakhir Jumat, 17 April 2015 dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 12.910 per 10 April.

“Sempat mengalami pelemahan, laju rupiah tertolong neraca perdagangan dan berakhir positif,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (19/4/2015).

Laju bursa saham Tiongkok tampaknya tidak banyak terpengaruh dengan turunnya neraca perdagangan negeri tirai bambu itu secara keseluruhan. “Akan tetapi, rilis tersebut memberikan sentimen negatif pada laju Yuan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, tetapnya kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) juga turut membuat laju yen Jepang melemah. “Pelemahan tersebut berimbas negatif pada laju mata uang kawasan regional sehingga berpengaruh juga pada laju rupiah di awal pekan,” papar dia.

Laju dolar AS tentu saja memanfaatkan pelemahan-pelemahan tersebut untuk berbalik naik. “Akibatnya, harapan kami akan pelemahan laju dolar AS pun tidak terjadi,” tuturnya.

Laju rupiah di hari selanjutnya berjalan seperti perkiraan sebelumnya yang masih melanjutkan pelemahannya setelah terimbas masih bergerak naiknya laju dolar AS. “Bahkan dengan rilisnya BI rate yang masih tetap bertahan di level saat ini,7,5% tidak juga mampu menahan pelemahan rupiah,” kata Reza.

Di hari lainnya, laju rupiah naik tipis setelah sepanjang perjalanan berada di zona merah. Masih cenderung menguatnya laju dolar AS menjadi tekanan bagi laju rupiah. “Jika sebelumnya, rilis BI rate tidak banyak pengaruhnya kali ini beruntungnya rupiah mendapat sentimen positif (meski tipis) dari rilis neraca perdagangan yang surplus US$ 1,03 miliar,” ucapnya.

Meskipun, kata Reza, nilai ekspor dan impornya secara tahunan mengalami penurunan. “Laju rupiah mampu mengalami kenaikan seperti harapan kami sebelumnya setelah mengkonfirmasi imbas dari menguatnya laju yuan yang merespons ekspektasi akan pelonggaran moneter untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Tiongkok,” ungkap Reza.

Selain itu, menguatnya beberapa data makroekonomi Australia cukup mendukung penguatan dolar Australia sehingga keduanya memberikan imbas positif pada mata uang kawasan Asia Pasifik. “Apalagi laju dolar AS kembali melemah setelah merespons rilis pelemahan pada data-data ekonomi sebelumnya dan naiknya laju harga minyak mentah,” imbuhnya.

Arah berikutnya, rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support-resisten 13.070-12.895 mengacu pada kurs tengah BI. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*