Negara Penyebab Harga Nikel Melonjak

Harga nikel melonjak hingga mencapai nilai tertinggi pada akhir pekan lalu sebesar $17,925 per metric ton yang diperdagangkan di  London Metal Exchange dibandingkan 14 bulan ke belakang seiring adanya kekuatiran bahwa Indonesia dan Rusia tidak dapat memenuhi permintaan pasar akan nikel.

Hal ini menyebabkan keuntungan dalam setahun mencapai 29%. Perubahan harga nikel pun pada pasar menjadi $25miliar. Hal ini disebabkan adanya larangan ekspor dari Indonesia dan konflik yang saat ini terjadi antara Rusia dan Ukraina. Kedua Negara ini adalah pemasok lebih dari sepertiga nikel di dunia.

Jika larangan ekspor tidak segera selesai, para investor mengharapkan adanya penurunan pasokan logam untuk pertama kalinya sejak tahun 2010. Adanya tekanan pada kedua Negara ini telah menempatkan pasar nikel pada pondasi yang berbeda dibandingkan industry logam lainnya seperti alumunium yang memiliki persediaan lebih banyak.

Berikut  kejelasan atas kedua situasi diatas: 

Indonesia
Sudah 3 bulan ini kebijakan Indonesia yang tidak ijinkan melakukan ekspor biji nikel dan komoditas mentah lainnya dalam upaya memperluas perekonomian untuk memaksa penambang menyempurnakan logam mereka di dalam negeri menekan para penambang. Penambang berpendapat bahwa saat ini, infrastruktur Negara masih belum memadai untuk memproduksi logam sampai selesai.

Jika Indonesia melanjutkan ekspornya maka akan membantu Negara-negara lainnya, salah satunya adalah Cina yang mengkonsumsi hampir 50% dari nikel dunia. Sebenarnya China mulai menimbun logam menjelang adanya larangan ekspor. Tetapi ini akan habis pada musim gugur. Dan jika persediaan China itu akan berkurang terus, maka akan terjadi ledakan harga nikel.

Rally harga nikel ini dipastikan akan turun dengan cepat bila Indonesia mengendurkan larangan atau konflik Rusia dengan Ukraina membaik. Namun banyak  berpendapat bahwa Indonesia tidak akan melakukan hal tersebut disebabkan kondisi politik yang saat ini dalam persiapan pemilu presiden.

Rusia
Kenaikan harga yang tinggi merupakan suatu ancaman juga bagi Rusia yang saat ini sedang berkonflik dengan Negara tetangganya Ukraina. Akibat serangan Rusia ini negara AS dan barat memberikan sanksi yang diberikan dengan membekukan aset pejabat Rusia dan tutup transaksi bank di luar pejabat tersebut. Namun sanksi ini meluas karena beberapa bank AS dan Eropa menghentikan layanan untuk negara ini. Dan ini sangat berdampak dengan transaksi perdagangan di negara tersebut.

Produsen di Rusia cenderung menggunakan layanan kredit bank, dan beberapa dari mereka memiliki pinjaman yang signifikan dengan bank-bank Barat. Selain itu “Jika sanksi diperketat, mereka akan mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan peralatan dan uang tunai untuk operasi.”

Banyak pedagang dan investor telah mencoba mengantisipasi tidak cukupnya pasokan sampai kepada akhir tahun ini sekalipun sepertinya kuartal pertama ini masih mengalami surplus. Dan analis dari Barclays memperkirakan akhir tahun ini mengalami defisit 27,000 ton  dan akan mencapai 111,000 ton sampai 2015.

 

Uthe/Journalist/VM/VBN
Editor: Jul Allens
image: wikipedia


Distribusi: Vibiznews

Speak Your Mind

*

*