Nantikan Rilis Notula FOMC, Rupiah Diperkirakan Melemah

Nantikan Rilis Notula FOMC, Rupiah Diperkirakan Melemah

Financeroll – Pergerakan nilai tukar  rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (19/2) diprediksi melemah. Pasar menanti rilis notula rapat FOMC pada Kamis (20/2) dini hari.  Pelemahan rupiah sebenarnya tidak terlalu stabil. Kondisi ini masih bisa membuka pelemahan mata uang garuda ini kembali ke level 12.000 per dolar AS yang merupakan resistance terkuat untuk saat ini.

Untuk Rabu ini kurs rupiah masih punya potensi pelemahan terbatas ke level tersebut.  Di sisi lain, support rupiah berada di kisaran Rp 11.750.  Potensi pelemahan rupiah juga karena pasar melihat laju dolar AS sebenarnya juga sedang menunggu konfirmasi arah dari notula rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Januari 2014 yang akan dirilis Kamis (20/2) dini hari sehingga masih ada tengat sehari ini.

Notula tersebut membuka perdebatan atau diskusi apa yang terjadi saat rapat Januari tersebut.  Yang sudah diketahui publik adalah penetapan tapering untuk Februari 2014.  Hanya saja, pertimbangannya apa belum diketahui publik.  Jika anggota FOMC masih menekankan kekhawatiran mereka terhadap tingkat inflasi AS yang rendah dan tingkat pengangguran yang dianggap masih tinggi, bisa saja menjadi tekanan negatif bagi dolar AS dan bisa menopang penguatan rupiah.

Meski tingkat pengangguran AS turun ke 6,6%, masih dianggap buruk bagi sebagian ekonom. Sebab, perhitungan persentase tersebut berasal dari tingkat partisipasi yang menurun hingga 60%.  Karena itu, jika dihitung-hitung, tingkat pengangguran AS sebenarnya masih tinggi.  Artinya, tidak ada penurunan tingkat pengangguran yang signifikan jika melihat tingkat partisipasinya yang turun signifikan pula.  Dari notula FOMC, pasar ingin melihat kekhawatiran apa yang muncul.

Jika kekhawatiran inflasi dan tenaga kerja masih muncul mengindikasikan The Fed masih akan tetap mempertahankan pelonggaran dan belum tentu akan menjalankan tapering pada Maret 2014. Jika itu yang terjadi bisa mendorong kembali pelemahan dolar AS.  Semalam, AS merilis data indeks manufaktur kawasan New York. AS juga merilis data investasi asing pada aset-aset jangka panjang AS (foreign buying t-bonds) yang pada data terakhir menunjukkan -3,4 miliar dolar AS.

Selain itu, memang tampak terjadi capital outflow dari AS. Ini terjadi seiring pulihnya ekonomi negara maju lainnya seperti Eropa dan Jepang.  Pemulihan tersebut membuat investor memindahkan sebagian investasinya ke kawasan tersebut.  Hanya saja, saat AS alami capital outflow, Indonesia belum tentu alami capital inflow.  Aksi beli bersih di pasar modal saat ini masih merupakan hot money yang sangat gampang masuk dan keluar.

Indeks manufaktur di kawasan New York sudah diprediksi 9 atau lebih rendah dari publikasi sebelumnya 12,51. Belakangan, indeks manufaktur menjadi sorotan pasar.  Sebab, datanya menunjukkan penurunan pertumbuhan pada dua bulan terakhir. Kondisi ini jadi sentimen negatif bagi dolar AS.  Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS  di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (18/2) ditutup melemah 65 poin (0,55%) ke Rp 11.835-11.845. [geng]

facebookgoogle_plusredditpinterestlinkedinmail


(Sumber : http://financeroll.co.id/feed/ )

Speak Your Mind

*

*