Multifinance buru dana luar negeri

JAKARTA. Meski nilai tukar rupiah masih fluktuatif, perusahaan pembiayaan masih berminat mencari pendanaan dari luar negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, pinjaman luar negeri terus mengimbangi pinjaman dalam negeri.

Bahkan persentase utang luar negeri tahun 2014 meningkat menjadi 44% ketimbang tahun-tahun sebelumnya di kisaran 41% (lihat tabel).

Seperti tahun-tahun sebelumnya, PT Astra Sedaya Finance kembali berencana menghimpun pendanaan dari luar negeri. Jodjana Jody, Direktur Utama Astra Sedaya mengatakan, dalam waktu dekat, dia akan berkunjung ke beberapa negara untuk memperoleh dana.

Rencananya, dana tersebut akan dimanfaatkan sebagai modal kerja. Di Tahun Kambing Kayu ini, Astra Sedaya membidik target pembiayaan yang serupa dengan realisasi tahun lalu Rp 27,5 triliun.

Setidaknya, dibutuhkan dana segar sebanyak Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun, selain dari modal sendiri. “Saya akan roadshow ke luar negeri karena lokal memang tidak mencukupi,” kata dia.

Sayangnya, ia enggan mengungkapkan target besaran dana dan negara mana yang akan dituju. Pada April 2014, ASF mengantongi pinjaman US$ 670 juta dari 30 bank, di antaranya berasal dari Jepang dan Taiwan. Dana ini digunakan untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor.

Berdasarkan data terakhir, sekitar 35% sumber pendanaan ASF berasal dari obligasi. Lalu diikuti oleh pembiayaan bersama (joint financing) sebanyak 30%, pinjaman dalam negeri sekitar 20% dan sisanya 15% bersumber dari pinjaman luar negeri.

Selain Astra Sedaya, perusahaan pembiayaan Grup Astra lain, PT Federal International Financen (FIF) pun masih akan mencari pendanaan dari negeri orang.

Direktur Utama FIF Suhartono mengatakan, total kebutuhan pendanaan tahun ini mencapai Rp 30 triliun. “Kontribusi dari bank dalam bentuk joint financing sekitar Rp 8 triliun, sebesar Rp 4 triliun dari modal, Rp 8 triliun dari obligasi dan Rp 10 triliun dari pinjaman luar negeri,” kata Suhartono, pekan lalu.

Memang, target pendanaan luar negeri FIF ini menurun ketimbang tahun lalu. Porsi pendanaan luar negeri berkurang menjadi sekitar 33%.

Tahun lalu, FIF meraup dana segar antara Rp 25 triliun hingga Rp 26 triliun. “Pinjaman luar negeri 42%, pinjaman bank dalam negeri 9%, obligasi 6%, sisanya dari collection dan joint financing,” ujar Jerry Fandy, Head of Treasury and Funding Division FIF.

Suzuki Finance Indonesia pun akan menutup sebagian dana dari luar negeri. “Pendanaan kami didominasi oleh pinjaman valas,” kata Benny Saliman, Wakil Direktur Utama Suzuki Finance.

Suzuki Finance masih enggan untuk menggali dana dari pasar modal, baik dalam bentuk medium term notes atau obligasi. Tahun ini, Suzuki Finance menargetkan pembiayaan Rp 3,5 triliun.

Editor: Hendra Gunawan


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*