Mirza Adityaswara: Kurs Menguat Belum Tentu Baik

Jakarta -Calon Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menilai harus ada perubahan paradigma soal nilai tukar rupiah. Dia berharap tidak ada lagi pandangan bahwa penguatan nilai tukar rupiah merupakan hal positif, sementara pelemahan dianggap negatif.

“Ada anggapan dan sampai sekarang mungkin kurang tepat yaitu kalau kurs menguat artinya baik dan melemah artinya jelek,” ujar Mirza saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) di hadapan Komisi XI DPR di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Senin (9/6/2014).

Saat ini dolar berada di kisaran Rp 11.800. Menurut Mirza, bila dolar dipaksakan untuk mencapai level Rp 9.500, maka akan memperburuk fundamental perekonomian Indonesia.

“Kalau neraca perdagangan defisit, maka kita tidak layak memiliki kurs yang terlalu kuat,” tegas Mirza.

Oleh karena itu, lanjut Mirza, saat ini dibutuhkan kebijakan untuk menjaga fundamental ekonomi seperti neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). BI sendiri menerapkan kebijakan moneter yang cenderung ketat, terlihat dari suku bunga acuan yang dinaikkan mulai pertengahan tahun lalu dan sekarang mencapai 7,5%.

“Tahun 2009-2011 itu current account surplus. Makanya rupiah bisa di sekitar Rp 9.700 per dolar AS. Kalau rupiah menguat, maka defisit tidak akan sembuh-sembuh” kata Mirza.

Selain itu, bila ingin dolar berada kisaran Rp 9.700, maka akan menguras cadangan devisa. “Kalau kita pertahankan sementara ada defisit di neraca perdagangan dan current account, maka cadangan devisa akan turun. Tahun lalu (cadangan devisa) turun dari US$ 120 miliar ke US$ 92 miliar. Saat kita perbolehkan melemah sesuai fundamental, maka arus modal masuk dan cadangan devisa bisa mencapai US$ 107 miliar,” papar Mirza.

(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*