Minyak Turun di Asia Jelang Tenggat Pembicaraan Nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA — Harga minyak turun di perdagangan Asia, Selasa (31/3), karena para pedagang memantau upaya terakhir antara kekuatan global dan Iran untuk mencapai kesepakatan program nuklir Teheran dan pengurangan sanksi yang dikenakan pada produsen minyak mentah itu.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) turun 67 sen menjadi 48,01 dolar AS per barela, sementara minyak mentah Brent berkurang 41 sen menjadi 55,88 dolar AS dalam perdagangan sore. United Overseas Bank Singapura mengatakan harga “jatuh karena meningkatnya harapan kesepakatan nuklir dengan Iran”.

Para menteri luar negeri kekuatan utama dunia yang dipimpin AS berpacu mencapai tenggat waktu Selasa tengah malam untuk memakukan kerangka kerja kesepakatan yang mereka harapkan akan menempatkan bom atom di luar jangkauan Republik Islam itu.

“Ada pertemuan maraton terjadi di semua tempat. Ada
beberapa masalah yang belum diselesaikan. Ini adalah masalah penting,” seorang perunding Iran di kota Lausanne, Swiss, mengatakan pada Senin.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry, di Lausanne sejak Rabu untuk serangkaian pertemuan terbaru dengan mitranya dari Iran Mohammad Javad Zarif, Senin, mengatakan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan.
“Masih ada beberapa masalah yang sulit,” kata Kerry kepada CNN. “Kami bekerja sangat keras untuk bekerja melewati itu. Kami bekerja sampai larut malam dan jelas sampai besok.”

Pembicaraan intensif dimulai kembali di Swiss menjelang batas waktu Selasa 31 Maret 2015 untuk kesepakatan nuklir awal dengan Iran. Para menteri luar negeri dari enam negara utama yang disebut P5+1 — terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Tiongkok, Rusia dan Jerman bertemu mitra mereka dari Iran, di tengah harapan terobosan setelah hampir 18 bulan perundingan.

Mereka ingin memberi batasan yang akan mencegah Iran memproduksi cukup bahan bakar untuk senjata nuklir dalam waktu satu tahun. Sementara Iran menegaskan program nuklirnya untuk tujuan damai, sehingga menuntut sanksi yang melumpuhkan dicabut.

Para pejabat Iran dan Barat telah mengatakan secara terpisah bahwa kesepakatan sangat mungkin, tetapi beberapa masalah masih harus diselesaikan. Dengan cadangan minyak terbesar keempat dan cadangan gas terbesar kedua di dunia, industri energi merupakan hal terpenting dalam perekonomian Iran, tetapi telah terpukul keras oleh embargo Amerika dan Eropa yang dikenakan sejak 2012.


Distribusi: Republika Online RSS Feed

Speak Your Mind

*

*