Minyak Mentah Rontok di Asia, Inilah Pemicunya

INILAHCOM, Singapura – Harga minyak mentah jatuh mendekati level terendah dalam tujuh bulan pada perdagangan Kamis (15/6/2017) di Asia. Pasar minyak terbebani data persediaan global yang tinggi dan keraguan mengenai kemampuan OPEC untuk menerapkan pemotongan produksi.

Harga minyak mentah Brent turun 7 sen atau 0,2 persen menjadi US$46,93 per barel pada 0053 GMT, setelah merosot hampir 4 persen pada sesi sebelumnya.

Minyak mentah berjangka AS jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 12 sen atau 0,3 persen menjadi US$44,61 per barel.  

Tolok ukur berjangka minyak mentah berada di dekat tingkat terendah sejak akhir November tahun lalu ketika penurunan produksi yang dipimpin oleh Negara Pengekspor Minyak (OPEC) diumumkan pertama kali.

Brent dan WTI turun lebih dari 12 persen sejak dibuka pada 25 Mei. Saat itu terjadi kesepakatan untuk memotong diperpanjang sampai akhir kuartal pertama tahun depan, dan bukannya berakhir bulan ini seperti yang direncanakan semula.

“Ekspor OPEC 2017 tahun-ke-date hanya turun sebesar 0,3 juta barel per hari (bpd) dari baseline Oktober 2016,” analis AB Bernstein mengatakan dalam sebuah catatan kepada kliennya, seperti mengutip cnbc.com.

Janji OPEC akan mengurangi sekitar 1,2 juta bpd, sementara produsen lain termasuk Rusia akan mengurangi total menjadi hampir 1,8 juta bpd.

Namun, beberapa anggota OPEC termasuk Nigeria dan Libya telah dibebaskan dari pemotongan, dan output mereka yang meningkat merongrong upaya yang dipimpin oleh Arab Saudi.

Sementara itu, produksi di Amerika Serikat, yang tidak berpartisipasi dalam kesepakatan tersebut, telah melonjak lebih dari 10 persen sepanjang tahun lalu menjadi 9,33 juta bph.

“Pertumbuhan produksi di Libya dan Nigeria dan penambahan rig di AS semakin menyulitkan gambaran tersebut, meningkatkan keraguan pada strategi OPEC. Untuk persediaan OECD untuk kembali ke tingkat yang dinormalisasi, OPEC perlu menguras 34 juta barel per bulan atau 1 juta barel untuk 10 bulan ke depan. Ini terlihat menantang,” kata AB Bernstein.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pekan ini bahwa pasokan minyak tahun depan masih akan melampaui permintaan meskipun konsumsi mencapai 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*