Minyak Mentah Masih Alami Tekanan di Pasar Asia

INILAHCOM, New York – Harga minyak jatuh pada perdagangan Senin (27/3/2017) di pasar Asia. Investor merespon data peningkatan aktivitas pengeboran Amerika melebihi perkiraan dan usaha OPEC untuk pengurangan produksi akan berakhir pada pertengahan tahun ini akan diperpanjangan.

Minyak mentah Brent menurun 22 sen sebesar 0,4% dari terakhir mendekati harga US$50,58 per barel pada Senin pagi tadi. Sedangkna minyak mentah West Texas Intermediate turun 32 sen atau 0,7% pada US$47,65 per barel.

Para trader mengatakan bahwa harga didukung oleh support perbincangan antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara produsen minyak lainnya mengenai perpanjangan pemotongan produksi untuk menopang pasar.

“OPEC dan non-OPEC memutuskan untuk maju pada permainan akhir pekan ini, mengumumkan mereka sedang meninjau apakah kesepakatan mengenai output akan diperpanjang,” kata Jeffrey Halley dari pialang Oanda di Singapura, menambahkan dukungan untuk perpanjangan pemotongan OPEC seperti mengutip cnbc.com.

Namun sayangnya usaha OPEC ini menjadi percuma karena meningktanya kegiatan pengeboran dan produksi minyak di Amerika, dan para trader mengatakan kontribusi terhadap pasar uang mengurangi posisi beli mereka terhadap minyak mentah ke level terendah sejak awal Desember.

“Rig pengeboran Amerika terus melonjak. Sejak 27 Mei 2016, produsen telah menambahkan 336 rig minyak (106%) di Amerika,” kata Goldman Sachs.

Sejak pertengahan 2016, produksi minyak Amerika telah meningkat sebesar 700 ribu barel per hari atau 8,3% ke angka 9,13 juta barel per hari, menurut data pemerintah.

U.S Bank mengatakan jumlah rig seharusnya harus tetap di level saat ini dan dampak dari rig yang ditutup sebelumnya harus dipertimbangkan, maka produksi minyak AS akan naik 235 ribu barel per hari antara kuartal keempat 2016 dan semester pertama 2017.

Karena melonjaknya output Amerika dan pemotongan oleh OPEC, pemotongan harga minyak mentah di WTI untuk Brent telah bertambah menjdai US$2,90 per barel, menuju penutupan terbesar sejak akhir 2015, mendorong lebih banyak penjualan minyak Amerika ke Asia untuk menggantikan pemotongan produksi di Timur Tengah.

Meskipun sedang berlangsung overhang pasokoan bahan bakar dan meningkatnya output minyak mentah AS, Goldman Sachs mengatakan bahwa pasar minyak dunia secara perlahan mengalami rebalancing, sebagian  besar disebabkan oleh pertumbuhan permintaan yang kuat.

“Sementara rebound produksi minyak mentah telah meningkat, hal ini akan offset dalam pandangan kami oleh tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap pemotongan produksi selama 1H17 dan lebih penting lagi tingkat permintaan yang besar,” kata bank.

“Kami percaya bahwa rebalancing pasar minyak sebenarnya sudah mengalami kemajuan,” katanya. [hid]
    


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*