Minyak Mentah di Asia Alami Aksi Ambil Untung

INILAHCOM, Hong Kong – Investor minyak mentah di Asia meragukan kesepakatan pembatasan produksi minyak mentah dalam pertemuan informal OPEC di Aljazair.

Keraguan tersebut membuat harga minyak di perdagangan Asia, Kamis (29/9/2016) melemah. Minyak mentah jenis Brent jaruh 26 sen menjadi US$48,43 per barel dari level sebelumnya di U49,09 per barel. Harga tersebut merupakan tertinggi sejak 9 September lalu. Untuk minyak mentah WTI turun 6 sen menjadi US$46,99 per barel dari US$47,47 per barel sebagai level tertinggi sejak 8 September lalu.

Dalam kesepakatan tersebut OPEC akan mengurangi agregat produksi  700.000-800.000 barel per hari (bph) sehingga menjadi sekitar 32500.000-33.000.000 barel per hari. Kesepakatan tersebut sempat membuat harga minyak naik tajam. Brent naik US$2,7 per barel atau 5,9 persen. Untuk jenis WTI naik US$2,3 per barel atau 5,3 persen pada perdagangan Rabu kemarin.

“Investor dan pedagang meragukan kesepakatan itu. Mereka mempertanyakan kesepakatan yang lebih detail, termasuk potensi masalah di negara yang harus mengurangi produksi,” kata Michael McCarthy, analis di CMC Markets Sydney seperti mengutip cnbc.com.

Namun OPEC menegaskan kesepakatan penurunan produksi akan diputusan dalam pertemuan resmi bulan November. Pertemuan tersebut rencananya juga akan meminta kesepakatan dari produsen lain seperti dari Rusia. “Ada kekurangjelaskan dan kurang detail sehingga pasar merealisasikan keuntungan,” klata analis minyak dari Energy Aspects, Virendra Chauhan di Singapura.

Dia memperkirakan kemampuan produsen minyak untuk memangkas produksi hanya di angka 400.000 per barel. Ini setara dengan produksi Libya dan Nigeria. Jadi kesepakatan itu tetap tidak pasti.

Sebenarnya ada sentimen positif untuk minyak mentah dengan stok persediaan minyak AS turun 1,9 juta barel menjadi 502.700.000 barel per 23 September 2016.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*