Minyak jatuh karena data ekonomi Tiongkok dan Jepang melemah

New York (ANTARA News) – Harga minyak dunia jatuh pada Senin (Selasa pagi WIB), dengan kontrak acuan Eropa merosot di bawah 100 dolar AS per barel di tengah kekhawatiran tentang permintaan yang rapuh, melimpahnya pasokan dan penguatan dolar AS.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, turun 63 sen menjadi 92,66 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, tingkat terendah sejak Januari.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, turun 62 sen menjadi menetap di 100,20 dolar AS per barel di perdagangan London, setelah sebelumnya jatuh di bawah 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Juni 2013.

Matt Smith, analis di Schneider Electric, mengutip data ekonomi yang lemah dari Tiongkok dan Jepang, dua konsumen minyak utama, sebagai “bukan awal terbaik untuk minggu ini pada bidang data ekonomi.”

Tiongkok menunjukkan penurunan mengejutkan 2,4 persen pada impor, sementara Jepang mengatakan ekonominya menyusut 1,8 persen pada kuartal April-Juni, lebih buruk dari perkiraan sebelumnya kontraksi 1,7 persen.

Para analis juga mengutip laporan yang menunjukkan persediaan minyak tetap tinggi di pasar karena kilang-kilang di Amerika Utara beralih ke modus pemeliharaan dan mengambil lebih sedikit minyak mentah untuk diolah di pabrik-pabrik mereka.

Tim Evans, analis di Citi Futures, menunjuk “kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang surplus fisik yang tampak, dengan beberapa persediaan diperkirakan menunggu pada tanker-tanker yang digunakan sebagai gudang terapung (floating storage) pada tingkat tertinggi sejak 2009”

Akhirnya, lompatan besar dalam dolar terhadap beberapa mata uang utama lainnya juga telah menekan minyak. Karena minyak mentah diperdagangkan dalam dolar, komoditas menjadi lebih mahal di luar AS ketika dolar menguat, demikian AFP.

(A026)

Editor: Ruslan Burhani

COPYRIGHT © 2014


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*