Minyak Iran siap membanjiri pasar

JAKARTA. Harga minyak mentah mencatat rekor terendah sejak 12 tahun terakhir. Kekhawatiran banjir pasokan global semakin besar, mendekati pencabutan sanksi ekonomi Iran.

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/1) pukul 15.06 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Merchantile Exchange tergerus 2,82% ke US$ 30,32 per barel dibanding sehari sebelumnya. Sepekan ini, harga terpangkas 8,56%.

Vidi Yuliansyah, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, pergerakan minyak saat ini masih mencerminkan tren jangka panjang yang bearish. Hal tersebut tidak lepas dari kekhawatiran akan melimpahnya pasokan global di tengah melemahnya permintaan minyak.

Menurut Vidi, penurunan harga minyak disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya berasal dari Energy Information Administration (EIA) pada Rabu (13/1), yang merilis stok minyak Amerika Serikat (AS) bertambah sebesar 234.000 barel.

Sebenarnya kenaikan tersebut lebih rendah ketimbang proyeksi yang  sebesar 1,9 juta barel. “Hanya saja, masih adanya pertambahan stok dinilai negatif oleh pasar,” ujar Vidi.

Sementara di China, para investor mengkhawatirkan kemampuan pemerintah mengatasi gejolak ekonomi. Berhubung Tiongkok merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia, kondisi ekonomi China turut membebani harga minyak.

Selain itu, pasokan minyak  dari Iran akan mulai masuk pasar global pekan depan. International Atomic Energy Agency (IAEA) akan merilis laporan update mengenai program nuklir Iran pekan ini. Jika program nuklir Iran telah memenuhi standar internasional, bisa menjadi modal utama bagi pencabutan sanksi pekan depan.

Mengantisipasi lonjakan pasokan minyak Iran, Arab Saudi mulai pekan lalu sudah menurunkan harga jual minyak bagi konsumen Eropa. “Ditambah lagi dengan ketegangan antara Arab Saudi dan Iran, OPEC kemungkinan tidak akan mau mengurangi kuota produksi,” lanjut Vidi.

Senada, Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures, mengatakan, kondisi harga minyak memang masih melemah dan bergerak di dekat level terendah dalam 12 tahun. “Kondisi market secara keseluruhan masih bearish terkait dengan kekhawatiran ekonomi China,”
paparnya.

Guncangan ekonomi China sejak awal tahun memberi dampak secara global sehingga turut mempengaruhi harga minyak mentah dunia. Maklum, Negeri Tembok Raksasa tersebut mengkonsumsi hingga 12% dari total konsumsi minyak global. Kondisi akan bertambah buruk jika Iran akhirnya meningkatkan ekspor minyak.

Kenaikan pasokan minyak AS juga menambah buruk kondisi oversupply global. “Sebelumnya, AS melarang ekspor minyak, kini telah mencabut larangan itu. Jadi, AS saat ini bukan hanya konsumen minyak terbesar tetapi juga menjadi salah satu produsen terbesar di dunia,” ujar Nizar.

Pengaruh dollar

Gubernur The Fed bagian St. Louis James Bullard menyatakan, pelemahan harga minyak dunia menjadikan target inflasi AS sulit tercapai. Jika harga minyak terus melemah hingga Juni tahun ini, maka target inflasi AS sebesar 2% tidak akan terjadi hingga pertengahan tahun depan.

Kenaikan inflasi akan kembali sesuai target jika harga minyak stabil. “Tetapi penurunan saat ini mengundang pertanyaan kapan stabilitas harga akan terjadi,” ujar Bullard, seperti dikutip Bloomberg.

Jika target inflasi AS belum tercapai, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga kembali mengendur sehingga berimbas pada melemahnya dollar AS. “Pelemahan dollar AS bisa membantu harga minyak,” ujar Nizar.

Namun, masalah oversupply belum terpecahkan. Maka selama minyak masih kelebihan pasokan, kenaikan harga tidak akan signifikan. Oleh karena itu, pertemuan OPEC di pertengahan tahun ini diharapkan dapat menghasilkan keputusan positif yakni pemangkasan produksi.

Secara teknikal, Vidi melihat, harga minyak di bawah moving average (MA) 21, MA100, dan MA200 sehingga mengindikasikan tren melemah. Stochastic turun ke 47,64. Stochastic yang oversold di level 19,21 namun belum memperlihatkan potensi rebound.

Sepekan ke depan, Vidi menduga minyak akan melemah di antara US$ 28,25–US$ 31,6 per barel. Nizar pun memprediksi minyak melemah ke rentang US$ 28–US$ 33 per barel.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*