Minyak bisa jatuh ke level US$ 20 per barel

JAKARTA. Meski mencatatkan kenaikan pada perdagangan hari ini, Rabu (10/2), analis menduga harga minyak West Texas Intermediate (WTI) masih akan bearish paling tidak hingga semester satu 2016 mendatang.

Mengutip Bloomberg, Rabu (10/2) pukul 19.05 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2016 melesat 1,61% ke level US$ 28,39 per barel dibanding hari sebelumnya.

Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures mengatakan hingga nantinya ada kesepakatan pemangkasan produksi oleh OPEC harga minyak WTI masih akan tenggelam. Sebabnya kini pasar dilanda banjir produksi yang signifikan.

Di AS selain produksi yang melonjak, cadangan pun meningkat. “Dari sini terlihat bahwa permintaan pun sedang mengering,” tutur Nizar.

Salah satu pendukung keringnya permintaan pasar adalah rilis laporan EIA yang menyatakan diduga permintaan minyak global tahun 2016 hanya 1,2 juta barel per hari. Level itu lebih rendah dari permintaan tahun 2015 lalu yang berada di posisi 1,6 juta barel per hari.

“Tidak hanya AS yang kelebihan produksi, OPEC pun terus melewati target produksinya dan tidak punya arah akan memangkas produksi pertemuan Juni 2016 nanti,” analisa Nizar.

Mendukung pernyataan tersebut, Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka mengatakan meski kini harga minyak sedang rebound, pelaku pasar sebaiknya mengambil posisi buy.

“Harga masih terlampau rendah dan terus bergerak di level bawah. Manfaatkan untuk beli sebelum harga menanjak,” sarannya.

Sulitnya keadaan fundamental minyak berubah dalam waktu dekat apalagi dengan sinyal belum maunya Arab Saudi mengurangi produksinya, mengarahkan Nanang pada prediksi harga minyak WTI yang berada dalam tren bearish.

“Hingga semester satu 2016 nanti atau sampai pertemuan OPEC Juni 2016 nanti harga minyak WTI tidak akan bisa lewati level US$ 50 per barel,” tebak Nanang.

Ini sejalan dengan Goldman Sachs Group Inc yang memprediksi harga minyak WTI bisa terus koreksi hingga ke level US$ 20 per barel.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*