Minyak Berjangka Masih Dalam Tekanan


shadow

Financeroll – Harga minyak menurun lemah di Asia, Selasa (20/1) pasca data GDP Tiongkok yang mengalami perlambatan sejak 2009.

Di New York Mercantile Exchange, minyak WTI untuk pengiriman pada bulan Maret turun 2,71% ke level $47.80 barel.

Sementara di ICE Futures Exchange di London, minyak Brent untuk pengiriman Februari juga turun 71 sen atau 1,43% ke level $49.46 per barel.

Dari laporan biro statistik di Beijing, GDP Tiongkok pada kuartal keempat naik 7.3%, produksi industri juga naik 7,9% di bulan Desember dan penjualan ritel naik 11,9%.

Minyak berjangka masih berada di bawah tekanan, didorong dari indikasi produsen OPEC yang menunjukkan tidak akan mengurangi output. Sementara Menteri Minyak Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan pada hari minggu, bahwa negaranya memompa dengan laju percepatan 4 juta barel per hari pada bulan Desember, di tengah keprihatinan atas banjirnya di pasokan global.

Kekhawatiran atas melemahnya permintaan global dikombinasikan dengan indikasi bahwa organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) tidak akan tidak memotong output untuk mendukung pasar minyak ditimbang dari harga dalam beberapa bulan terakhir, dan pada saat yang sama pula peningkatan pasokan minyak mentah dari formasi serpih Amerika telah membantu membuat banjirnya pasokan di pasar dunia.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*