Minyak berharap pada data ekonomi AS

JAKARTA. Harga minyak mengalami kenaikan seiring dengan memanasnya konflik antara Arab Saudi dan Iran. Namun, potensi kenaikan minyak lebih lanjut belum terlihat mengingat pasokan minyak maih jauh melebihi permintaan.

Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, pengaruh geopolitik biasanya tidak panjang. Di samping pengaruh geopilitik, kenaikan minyak turut terdorong oleh melemahnya dollar AS. Sementara data supply dan demand tetap menjadi faktor utama yang menggerakkan perdagangan.

“Secara keseluruhan supply masih jauh di atas permintaan,” paparnya.

Pada Rabu malam setiap minggunya, Energy Information Administration (EIA) akan merilis data cadangan minyak AS. Data inilah yang nantinya akan menjadi perhatian pasar sembari menunggu data produksi OPEC yang dirilis setiap bulan.

Di samping itu, AS juga akan merilis beberapa data ekonomi pekan ini. Di antaranya data manufaktur dan non manufaktur PMI, neraca perdagangan, data pesanan barang pabrik, hingga data tenaga kerja. Jika rilis data tersebut positif diharapkan mampu mengangkat minyak.

“Perbaikan ekonomi memberi harapan kenaikan permintaan minyak dari AS,” imbuh Yulia.

Saat ini, AS merupakan konsumen minyak terbesar di dunia, disusul oleh China. Sementara harapan naiknya permintaan dari Negeri Panda belum ada mengingat kondisi ekonomi China yang masih terus memburuk. Jika data cadangan minyak AS turun, Yulia menduga harga minyak sepekan ke depan bisa mencatat kenaikan namun sulit menembus level US$ 40 per barel.

Mengutip Bloomberg, Senin (4/1) pukul 19.37 WIB, minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Merchantile Exchange menanjak 0,81% ke level US$ 37,34 per barel dibanding sehari sebelumnya.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*