Minim Transaksi, Pasar Uang Domestik Bergerak Variatif Financeroll – Pada perdagangan Senin (10/11) nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 29 poin menjadi Rp 12.149 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.178 per dolar AS. Penguatan indeks dolar AS terhenti di pasar uang dalam negeri menyusul data tenaga kerja AS yang di bawah perkiraan pasar. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 22 poin lantaran tekanan jual investor asing. Banyak investor lakukan aksi tunggu, perdagangan berjalan sepi. Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG naik 9,876 poin (0,20%) ke level 4.997,3. Indeks mulai menguat secara perlahan berkat aksi beli selektif. Data “Non-Farm Payrolls” hanya tumbuh sekitar 214.000 pekerja dan “Average Hourly Earnings” sebesar 0,1% untuk bulan Oktober tahun ini, di bawah perkiraan analis yang masing-masing sebesar 235.000 dan 0,2%. Hasil data tenaga kerja itu cukup berpengaruh ke pergerakan pasar keuangan global. Dolar AS pun berbalik melemah terhadap mata uang utama dunia. Laju rupiah terapresiasi setelah pelaku pasar merespon positif rilis data-data Jerman dan Perancis yang lebih baik dari sebelumnya sehingga berimbas pada laju mata uang euro. Laju rupiah sedang mencoba berbalik menguat. Namun demikian, lajunya masih rentan terhadap pembalikan arah menyusul sentimen BBM di dalam negeri yang masih dipantau pasar. Seiring penguatannya di transaksi antarbank di Jakarta, pada kurs tengah Bank Indonesia mata uang lokal ini juga bergerak menguat menjadi Rp 12.138 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 12.149 per dolar AS. Dari bursa saham, Indeks tak mampu bertahan lama di zona hijau. Setelah mencapai titik tertingginya di 5.008, Indeks langsung jatuh lagi ke zona merah. Menutup perdagangan Sesi I, IHSG menipis 6,463 poin (0,13%) ke level 4.980,961 akibat tekanan jual investor asing. Indeks pun gagal balik ke level 5.000. Aksi jual investor asing terjadi di saham-saham lapis dua. Saham-saham unggulan masih diburu oleh investor dalam negeri. Pada akhir perdagangan awal pekan, Senin (10/11), IHSG melemah 22,037 poin (0,44%) ke level 4.965,387. Sementara Indeks unggulan LQ45 ditutup turun 3,748 poin (0,44%) ke level 843,538. Akhirnya hanya satu sektor yang bertahan di zona hijau, yaitu sektor konstruksi. Saham-saham lapis dua terkena koreksi cukup dalam. Transaksi hari ini berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 182.04 kali dengan volume 4,568 miliar lembar saham senilai Rp 3,958 triliun. Sebanyak 121 saham naik, 173 turun, dan 79 saham stagnan. Di sisi lain, rata-rata bursa di Asia berhasil ditutup positif pada penutupan perdagangan awal pekan ini. Bursa saham Jepang menemani Indonesia di teritori negatif karena sama-sama terkena tekanan jual. Berikut situasi dan kondisi bursa regional sore ini: Indeks Nikkei 225 melemah 99,85 poin (0,59%) ke level 16.780,53, Indeks Hang Seng naik 194,46 poin (0,83%) ke level 23.744,70, Indeks Komposit Shanghai melonjak 55,50 poin (2,30%) ke level 2.473,67, dan Indeks Straits Times menguat 17,85 poin (0,54%) ke level 3.304,24. [geng]


shadow

Financeroll  – Pada perdagangan Senin (10/11) nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta  menguat 29 poin menjadi Rp 12.149 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.178 per dolar AS.  Penguatan indeks dolar AS terhenti di pasar uang dalam negeri menyusul data tenaga kerja AS yang di bawah perkiraan pasar.  Sementara  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 22 poin lantaran  tekanan jual investor asing. Banyak investor lakukan aksi tunggu, perdagangan berjalan sepi.  Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG naik 9,876 poin (0,20%) ke level 4.997,3. Indeks mulai menguat secara perlahan berkat aksi beli selektif.

Data “Non-Farm Payrolls” hanya tumbuh sekitar 214.000 pekerja dan “Average Hourly Earnings” sebesar 0,1% untuk bulan Oktober tahun ini, di bawah perkiraan analis yang masing-masing sebesar 235.000 dan 0,2%.  Hasil data tenaga kerja itu cukup berpengaruh ke pergerakan pasar keuangan global. Dolar AS pun berbalik melemah terhadap mata uang utama dunia.  Laju rupiah terapresiasi setelah pelaku pasar merespon positif rilis data-data Jerman dan Perancis yang lebih baik dari sebelumnya sehingga berimbas pada laju mata uang euro.

Laju rupiah sedang mencoba berbalik menguat. Namun demikian, lajunya masih rentan terhadap pembalikan arah menyusul sentimen BBM di dalam negeri yang masih dipantau pasar.   Seiring penguatannya di transaksi antarbank di Jakarta, pada kurs tengah Bank Indonesia mata uang lokal ini juga bergerak menguat menjadi Rp 12.138 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 12.149 per dolar AS.

Dari bursa saham, Indeks tak mampu bertahan lama di zona hijau. Setelah mencapai titik tertingginya di 5.008, Indeks langsung jatuh lagi ke zona merah.  Menutup perdagangan Sesi I, IHSG menipis 6,463 poin (0,13%) ke level 4.980,961 akibat tekanan jual investor asing. Indeks pun gagal balik ke level 5.000.  Aksi jual investor asing terjadi di saham-saham lapis dua. Saham-saham unggulan masih diburu oleh investor dalam negeri.

Pada akhir perdagangan awal pekan, Senin (10/11), IHSG melemah 22,037 poin (0,44%) ke level 4.965,387. Sementara Indeks unggulan LQ45 ditutup turun 3,748 poin (0,44%) ke level 843,538.  Akhirnya hanya satu sektor yang bertahan di zona hijau, yaitu sektor konstruksi. Saham-saham lapis dua terkena koreksi cukup dalam.  Transaksi hari ini berjalan sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 182.04 kali dengan volume 4,568 miliar lembar saham senilai Rp 3,958 triliun. Sebanyak 121 saham naik, 173 turun, dan 79 saham stagnan.

Di sisi lain, rata-rata bursa di Asia berhasil ditutup positif pada penutupan perdagangan awal pekan ini. Bursa saham Jepang menemani Indonesia di teritori negatif karena sama-sama terkena tekanan jual.  Berikut situasi dan kondisi bursa regional sore ini:  Indeks Nikkei 225 melemah 99,85 poin (0,59%) ke level 16.780,53,  Indeks Hang Seng naik 194,46 poin (0,83%) ke level 23.744,70, Indeks Komposit Shanghai melonjak 55,50 poin (2,30%) ke level 2.473,67, dan  Indeks Straits Times menguat 17,85 poin (0,54%) ke level 3.304,24. [geng]


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*