Minim Sentimen Positif, Pasar Domestik Melambat

Minim Sentimen Positif, Pasar Domestik Melambat

Minim Sentimen Positif, Pasar Domestik MelambatFinanceroll – Pada perdagangan Senin (27/1) nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta  ditutup melemah 50 poin (0,41%) ke posisi  Rp 12.225-12.235 dari posisi akhir pekan lalu Rp 12.175-12.185.  Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot  tajam hingga 114 poin gara-gara aksi jual yang berlangsung masif sejak pagi tadi. Terlalu banyak sentimen negatif yang beredar membuat investor hengkang sejenak dari lantai bursa.

Pelemahan rupiah awal pekan ini seiring sentimen negatif, yang salah satunya datang dari gejolak pasar keuangan dan politik di beberapa negara berkembang. Salah satunya adalah kekhawatiran kondisi ekonomi di Argentina terutama dengan tajamnya pelemahan nilai tukar peso sejak pekan lalu.  Bank Sentral Argentina, tak lagi mengintervensi nilai tukar peso sehingga mendekati level terlemah sejak krisis keuangan 2002.

Pasar juga khawatir, Argentina akan mengajukan default seperti satu dekade silam.  Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level level terlemahnya Rp 12.241 dari level terkuatnya Rp  12.175 dan posisi pembukaan di angka Rp  12.180 per dolar AS.

Pasar juga khawatir dengan gejolak politik yang terjadi di Ukraina dan Thailand.  Semua kondisi itu, memicu pelemahan berbagai mata uang di negara berkembang termasuk rupiah  Sentimen pasar cukup negatif hari ini.   Sementara itu, dari China pasar juga masih mengkhawatirkan ketatnya likuditas seiring adanya laporan, People’s Bank China (PBoC) hari ini menahan sebagian transfer dana cash perbankan.  Ini kembali memicu ketatnya likuditas di China jelang hari raya Imlek akhir Januari 2014 yang jadi libur panjang.

Ketatnya likuiditas, dapat mendorong perlambatan ekonomi China lebih lanjut.  Kondisi ini dapat meningkatkan pembiayaan dana untuk jangka pendek.  Jika ini yang terjadi, biaya dana untuk pengusaha pun berpeluang naik.  Selebihnya, pasar juga cukup cemas jelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan ini.  Pasar khawatir, The Fed dapat mengurangi program pembelian obligasi lebih lanjut.

Dari bursa saham,  beberapa saham berkapitalisasi besar langsung jadi sasaran aksi jual. Akibat aksi jual ini indeks langsung merosot tajam ke posisi terendahnya di 4.286,444.  Menutup perdagangan sesi I, IHSG terpangkas 129,158 poin (2,91%) ke level 4.308,185 akibat aksi jual masih yang terjadi sejak pagi tadi.

Seluruh indeks sektoral kena koreksi yang cukup dalam.  Sentimen negatif dari pasar global dan regional membuat investor melepas saham. Aksi jual terjadi di seluruh lapisan saham tanpa kecuali, membuat koreksi indeks sektoral rata-rata lebih dari dua persen.

Pada akhir perdagangan awal pekan, Senin (27/1), IHSG jatuh 114,563 poin (2,58%) ke level 4.322,780. Sementara Indeks LQ45 terjun bebas 24,639 poin (3,30%) ke level 722,399. Tercatat neraca perdagangan Jepang mengalami rekor defisit senilai US$ 112 miliar di 2013, tertinggi sejak 1979, ditambah Wall Street yang juga anjlok jadi sentimen negatif. Aksi jual pun dilancarkan oleh investor lokal dan asing.

Selain itu, perdagangan hari ini berjalan cukup ramai dengan frekuensi transaksi sebanyak 248.700 kali pada volume 4,606 miliar lembar saham senilai Rp 4,883 triliun. Sebanyak 49 saham naik, sisanya 252 saham turun, dan 53 saham stagnan.  Bursa-bursa regional menutup awal pekan dengan kompak terjatuh di zona merah. Aksi jual masif juga terjadi di bursa Asia sehingga koreksi yang terjadi rata-rata cukup dalam. [geng]

facebookgoogle_plusredditpinterestlinkedinmail


Sumber: http://financeroll.co.id/feed/

Speak Your Mind

*

*