'Meski Harga Minyak US$ 20/Barel, Arab Saudi Masih Untung'

Jakarta -Harga minyak dunia di awal tahun anjlok hingga di bawah US$ 50/barel, dari posisi tertingginya di Juli 2014 yang di atas US$ 100/barel. Posisi harga minyak ini masih menguntungkan buat Arab Saudi.

Penurunan harga minyak yang dalam ini, membuat produk shale oil di Amerika Serikat, dan juga minyak yang diproduksi oleh negara lain menjadi tidak ekonomis. Karena biaya produksi lebih tinggi dari harga jualnya. Namun ini tidak berlaku untuk Arab Saudi.

Presiden Direktur dan CEO PT Medco Energi Internasional Tbk Lukman Mahfoedz mengatakan, di tengah harga minyak yang berada sekitar US$ 45-50 per barel, Arab Saudi sama sekali tidak mau memangkas produksinya. Negara tersebut tetap mempertahankan produksi minyak 9 juta barel/hari.

“Bahkan untuk tetap mempertahankan pangsa pasarnya sebagai pemasok minyak terbesar, Arab Saudi bersedia menurunkan harga jual minyak mereka di pasar internasional,” kata Lukman kepada detikFinance, Senin (2/2/2015).

Lukman mengatakan, hal tersebut diskon harga dapat dilakukan Arab Saudi, karena meski harga minyak anjlok menjadi US$ 45-50 per barel, negara tersebut masih untung.

“Secara teknis biaya pengoperasian dan pengeboran sumur relatif lebih murah, dan dengan cadangan minyak yang sangat besar, membuat biaya produksi minyak Arab Saudi sangat kompetitif. Biaya produksi mereka hanya US$ 10-17 per barel,” ungkapnya.

“Bahkan, dengan harga minyak US$ 20 per barel, masih ada margin keuntungan yang di dapatkan Saudi Arabia,” sambungnya.Next

(rrd/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*