Meski Harga Minyak Turun ke US$ 61, Arab Bersikukuh Enggan Pangkas Produksi

New York- Harga minyak mentah dunia West Texas Intermediate (WTI) yang mendekati level US$ 61 per barel menjadi pertanyaan apakah Arab Saudi perlu memangkas produksinya.

Namun Arab Saudi menegaskan, pelemahan harga minyak merupakan mekanisme pasar.

“Pasar akan mengkoreksi harga dengan sendirinya,” kata Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali Al-Naimi dalam menanggapi pertanyaan wartawan kemarin di Lima, Peru, di mana dia menghadiri pembicaraan iklim PBB, Rabu (10/12).

OPEC memangkas proyeksi permintaan minyak sebesar 300.000 barel ke level 28,92 juta barel per hari, atau level terendah dalam 12 tahun karena suplai shale gas Amerika Serikat (AS) yang naik signifikan dan estimasi konsumsi minyak global yang berkurang

Adapun Kuwait telah mengikuti Arab Saudi dan Irak untuk memberikan diskon harga ekspor setelah OPEC sepakat untuk tidak mengurangi pasokan.

Adapun harga minyak mentah dunia di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (10/12) malam pukul 21.50 waktu setempat atau pagi ini WIB naik US$ 0,44 (0,72 persen) ke level US$ 61,38 untuk jenis WTI kontrak 15 Januari, sedangkan jenis brent crude oil yang biasa dikonsumsi Eropa menguat US$ 0,52 (0,81 persen) ke level US$ 64,76.

Sementara semalam harga minyak turun 4,5 persen kemarin, atau terbesar sejak 28 November.

“Mengapa saya harus memotong produksi?” Kata Al-Naimi.

Dia mengatakan, pelemahan harga minyak merupakan mekanisme pasar “Ini adalah pasar dan saya jual di pasar. Mengapa saya harus memotong produksi?” kata Al-Naimi.

Penulis: Whisnu Bagus Prasetyo/WBP

Sumber:Bloomberg


Distribusi: BeritaSatu – Pasar Modal

Speak Your Mind

*

*