Meski Fed tak naikkan bunga, mata uang regional melemah

Singapura (ANTARA News) – Ketidakmenentuan akibat keputusan Federal Reserve tidak menurunkan suku bunga pekan lalu membuat para pelaku pasar uang mengalihkan portofolio modalnya ke asset-asset lebih aman sehinggga memukul beberapa mata uang Asia.

Jika awalnya keputusan The Fed itu disambut positif Asia, maka kini para dealer di Eropa dan Amerika Serikat menganggap gejolak ekonomi dunia dan krisis ekonomi Tiongkok menjadi dua faktor utama yang melatarbelakangi The Fed mempertahankan tingkat suku bunga.

Asia tadinya berharap The Fed tidak menaikkan suku bunga karena dengan begitu investor akan ramai-ramai menarik modalnya untuk ditanamkan dalam denominasi dolar AS karena insentif yang lebih baik.

Tetapi komentar Gubernur Federal Reserve Janet Yellen malah meningkatkan kekhawatiran terhadap outlook ekonomi global sehingga investor melepas modalnya pada mata uang-mata uang yang dianggap berisiko tinggi.

Akibatnya, won Korea Selatan tertekan 0,89 persen terhadap dolar AS, demikian pula ringgit Malaysia yang terpangkas 1,20 persen, rupiah turun 0,56 persen dan baht Thai teriris 0,21 persen.  Tidak saja di sini, mata uang-mata uang Australia, Singapura, Taiwan dan Selandia Baru juga mengalami tekanan jual.

Terhadap yen Jepang, dolar AS naik tipi dari 119,98 yen per dolar AS menjadi 119,80 yen, karena yen dianggap opsi asset yang lebih aman dibandingkan dengan dolar AS.

Euro juga naik menjadi 1,1318 dolar AS di Singapura, namun naik tipis terhadap yen dari 135,57 menjadi 135,45, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Bursa

Speak Your Mind

*

*