Menteri Darmin: Kesuksesan Paket Ekonomi Tergantung Rupiah

Kamis, 08 Oktober 2015 | 20:23 WIB

Darmin Nasution. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Surabaya – Pemerintah menjamin paket kebijakan ekonomi yang baru dikeluarkan mampu menghidupkan geliat sektor industri. Meski diyakini baru memberikan dampak pertumbuhan ekonomi pada 2016, tapi paket ekonomi itu akan lebih efektif jika didukung penuh oleh stabilitas nilai tukar rupiah.

“Sebetulnya ini semua baru akan mulai terlihat dampaknya kalau kurs rupiah bisa dipertahankan pada nilai yang sebenarnya. Kurs rupiah sekarang ini kan belum nilai yang sebenarnya. Ini masih ada nilai spekulasi,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution kepada Tempo seusai pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XIX di Grand City, Surabaya, Kamis dinihari, 8 Oktober 2015.

Menurut Darmin, nilai tukar rupiah saat ini masih spekulasi, sehingga belum bisa dikatakan stabil walaupun dalam beberapa hari terakhir menunjukkan tren menguat. “Kalau APBN kita kan untuk 2016 bilangnya Rp 13.900. Mungkin tahun ini di kisaran Rp 13.500-an lah. Kalau itu bisa dipertahankan dengan deregulasi dan paket-paket kebijakan, ini akan ketemu dan saling dukung,” katanya.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, meminta pemerintah untuk tak berpuas diri dulu menyikapi penguatan nilai tukar rupiah. “Jangan disikapi dengan senang-senang dulu, karena ini masih fluktuatif. Orang yang berfluktuasi dengan jual-beli dolar juga masih ada,” katanya.

Sekretaris ISEI itu menambahkan, Indonesia harus mencari sumber-sumber dana masuk guna memperkuat nilai tukar rupiah yang masih fluktuatif. “Ada tiga cara. Yang pertama, mengubah Surat Utang Negara menjadi Surat Utang Luar Negeri supaya kita punya cadangan,” katanya.

Kedua, kata Aviliani, ialah menindaklanjuti regulasi pembebasan visa agar pemerintah daerah tanggap terhadap kedatangan turis asing. “Kita sudah memberikan bebas visa kepada 47 negara, jadi harus di-follow up supaya turisme bisa lebih cepat berkembang,” katanya.

Ketiga ialah pengaturan arus kas (cash flow) Bank Indonesia dan pemerintah supaya nilai tukar rupiah menjadi stabil. “Karena kalau stabil, pasti investasi jalan. Kalau tidak stabil, terlalu melemah, orang tidak bisa memprediksi harga,” ujarnya.

ARTIKA RACHMI FARMITA


Distribusi: Tempo.co News Site

Speak Your Mind

*

*