Menperin Saleh Husin : Resmikan Penambahan Lini Produksi Coca-Cola Amatil Indonesia


shadow

1

Menteri Perindustrian Saleh Husin berfoto bersama (dari kiri) Group Chairman of Coca-Cola Amatil (CCA) David Gonski, Kepala BKPM Franky Sibarani, CEO and Chairman The Coca-Cola Company Muhtar Kent, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, dan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel seusai menekan tombol tanda peresmian lini produksi Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Cikedokan, Bekasi, 31 Maret 2015

FINANCEROLL – Bekasi, Menteri Perindustrian Saleh Husin meresmikan penambahan dua lini produksi Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Cikedokan, Bekasi, Selasa (31/3). Saat ini, pabrik CCAI di Cikedokan yang berdiri di atas lahan seluas 10 ha telah memiliki lima lini produksi untuk minuman berkarbonasi, jus, dan isotonik.

“Saya memberikan apresiasi kepada CCAI sebagai pelopor dalam industri minuman di Indonesia yang produknya telah dipasarkan secara langsung kepada lebih dari 500 ribu pelanggan ritel baik di daerah perkotaan maupun pedesaan,” ujarnya.

Peresmian tersebut juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel, Kepala BKPM Franky Sibarani, Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake, CEO and Chairman The Coca-Cola Company Muhtar Kent, Group Chairman of Coca-Cola Amatil (CCA) David Gonski, dan Group Managing Director CCA Alison Welson.

Dalam tiga tahun terakhir, CCAI telah meresmikan 18 lini produksi baru dari total 9 pabrik yang tersebar di Cikedokan, Cibitung, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, Padang, dan Lampung serta telah beroperasi di 85 pusat distribusi di seluruh Indonesia. CCAI juga memiliki lebih dari 2.800 pemasok sumber bahan dasar minuman, jasa dan barang yang tidak terkait dengan produk.

Sebagai perusahaan PMA, nilai investasi CCAI telah mencapai USD 90 juta pada tahun 2014 dengan kapasitas produksi minuman ringan sebesar 67.774.022 liter/tahun dan mampu menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 12.000 orang (belum termasuk tenaga kerja tidak langsung seperti agen dan pengecer).

Bahkan, seiring dengan berkembangnya pasar Indonesia sebagai salah satu yang terpenting bagi rencana pengembangan bisnis Coca-Cola, maka The Coca-Cola Company kembali melakukan investasi di Indonesia senilai USD 500 juta. Investasi tersebut akan disuntikan melalui ekspansi pabrik, peningkatan kapasitas produksi, dan pengembangan sumber daya manusia sehingga diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi nasional.

Menperin menegaskan, pembangunan lini produksi CCAI di Cikedokan diharapkan dapat menjadi wahana pendorong bagi penambahan produk minuman nasional pada umumnya sekaligus melanjutkan pembangunan industri nasional sehingga makin handal di tahun-tahun yang akan datang.

Di samping itu, Menperin menyampaikan mengenai peranan penting industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) terhadap kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) non migas, yang mencapai 36,94% dan pertumbuhan sektor tersebut terhadap industri non-migas sebesar 8,80%. Selain itu, industri makanan dan minuman mampu menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 1,6 juta orang pada tahun 2014.

Lanjut Menperin, nilai ekspor industri agro pada periode Januari – September 2014 mencapai USD 31,37 miliar atau 35,72% terhadap ekspor industri pengolahan nasional, dimana meningkat sebesar 12,69% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sedangkan, kontribusi produk makanan, minuman dan tembakau pada penerimaan devisa melalui ekspor pada periode Januari – September tahun 2014 mencapai USD 1,64 miliar.

Nilai investasi PMDN Industri Makanan dan Minuman pada Januari – September 2014 sebesar Rp. 13,93 triliun atau meningkat sebesar 7,95% dari periode yang sama tahun 2013. Investasi sektor industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 33,3% dari total investasi PMDN sektor industri. Di sisi lain, nilai investasi PMA sektor industri ini mencapai USD 2,54 miliar atau meningkat 71,34% dibandingkan periode tahun sebelumnya. Investasi sektor industri makanan memberikan kontribusi sebesar 25,09% dari total investasi PMA.

Menperin mengimbau kepada pelaku usaha untuk terus melakukan upaya peningkatan mutu, produktivitas dan efisiensi di seluruh rangkaian proses produksi, termasuk juga peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan. “Pemerintah Pusat dan Daerah saat ini sedang mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha termasuk insentif bagi dunia usaha, perbaikan dan peningkatan infrastruktur, perbaikan akses dunia usaha kepada lembaga keuangan, serta kebijakan lainnya yang dapat mempercepat pengembangan sektor industri,” tegasnya.

Mengenai pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015, Menperin menyatakan, industri agro dengan subsektor industri pangan olahan menjadi salah satu prioritas dalam tahap persiapan melalui pembentukan working group. “Working group ini menjadi media harmonisasi bagi setiap negara anggota ASEAN di bawah koordinasi ASEAN Consultative Committee on Standard and Quality for Prepared Foodstuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG),” ungkapnya.

Menperin juga menegaskan, pengembangan industri ke depan harus berorientasi kepada penguatan seluruh mata rantai produksi agar tercipta pembangunan industri yang berkelanjutan dengan struktur dan kapabilitas industri yang tangguh serta nilai tambah yang tinggi. Selanjutnya, pembangunan industri nasional juga harus didorong pembentukan jejaring industri secara nasional.

Untuk itu, diharapkan semua pelaku usaha industri dalam negeri bersama-sama dengan Pemerintah dapat menghimpun kekuatan nasional dalam menghadapi tantangan persaingan pasar antar ASEAN serta pemenuhan pasar dalam negeri dengan terus meningkatkan kinerja sektor industri sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*