Hal ini tentunya akan ikut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Sehingga menjadi tugas pemerintah adalah menjaga stabilitas perekonomian dalam negeri.
“Pokoknya kita lihat, sampai September ini, sampai FOMC meeting, masih ada gejolak. Makanya tugas kita bisa menjaga stabilitas ekonomi,” ujarnya di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, (25/8/2015)
Di samping itu juga menjadi perhatian adalah kemungkinan China kembali melakukan devaluasi terhadap mata uangnya. Bambang menyebut risiko terjadinya devaluasi masih ada.
“Yang lebih berpengaruh ke luar kalau China melakukan devaluasi, dan dia masih terus melakukan devaluasi karena sampai sekarang ini masih overvalue.” terangnya.
Terkait dengan keputusan Bank Sentral China yang memangkas suku bunga menjadi 4,6%, menurut Bambang dampaknya lebih kepada pertumbuhan ekonomi China. Ini sudah untuk kelima kalinya dilakukan.
“Kan sudah beberapa kali melakukan itu. Kalau cut rate sih menurut saya dia lebih ke internal dan lebih untuk mendorong pertumbuhan di dalam,” tukasnya.
(mkl/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind