Menkeu: perlemahan rupiah ciptakan surplus anggaran

Jakarta (ANTARA News) – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru bisa menciptakan surplus dalam anggaran tahun 2015 hingga mencapai Rp2,3 triliun.

“Sensivitasnya kalau kurs melemah setiap Rp100 dan yang lainnya tetap tidak ada perubahan asumsi, maka surplus APBN bertambah Rp2,3 triliun,” katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.

Bambang menjelaskan perkiraan angka surplus tersebut berasal dari selisih antara tambahan penerimaan dari sektor migas dan royalti pertambangan, yang mendapatkan keuntungan dari perlemahan kurs, dikurangi tambahan pembayaran bunga utang.

“Selisihnya adalah tambahan surplus ke anggaran. Ini menjelaskan perlemahan kurs ini tidak membahayakan anggaran. Kalau bicara risiko fiskal 2015, lebih kearah target penerimaan pajak,” katanya.

Namun, ia mengatakan pemerintah tidak mencari untung dari depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, karena akan lebih baik apabila rupiah tidak lagi berfluktuasi dan mulai stabil sesuai nilai fundamentalnya.

“Yang paling penting buat kita kestabilan makronya. Nilai rupiah harus benar-benar mencerminkan fundamental, sehingga ekspor meningkat dan defisit neraca transaksi berjalan dapat dijaga,” ujar Bambang.

Bambang juga menegaskan pemerintah akan terus mewaspadai pergerakan nilai tukar rupiah dan ikut membuat kebijakan sebagai antisipasi menghadapi tekanan ekonomi global, meskipun kondisinya masih relatif aman.

“Kondisi saat ini berlangsung masih sangat terkendali, tidak ada alasan untuk panik berlebihan. Dan yang paling penting kondisinya berbeda antara 1998 dengan keadaan sekarang,” katanya.

Sementara, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melanjutkan pelemahan sebesar 51 poin ke level Rp13.076 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.025 per dolar AS.

Kementerian Keuangan mencatat selama tahun 2015, rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang dolar AS sebesar 4,81 persen (year to date), yang terjadi akibat penguatan dolar AS sejalan dengan perbaikan ekonomi Amerika Serikat.

Editor: B Kunto Wibisono

COPYRIGHT © ANTARA 2015


Distribusi: ANTARA News – Ekonomi – Moneter

Speak Your Mind

*

*