Mengapa Korsel dan Filipina Terbebas dari Krisis

INILAHCOM. Seoul — Presiden Joko Widodo menyebut situasi Semenanjung Korea, ketika Korut dan Korsel bersitegang, sebagai salah satu penyebab pelambatan perekonomian Indonesia.

Bloomberg menyebut Korea Selatan salah satu dari dua negara Asia the big winners ketika terjadi kejatuhan pasar saham dan pelambatan perekonomian Cina.

Korsel, saat ketegangan dengan Korut terjadi, adalah safe haven. Won, mata uang Korsel, terus menguat terhadap dolar. Korsel adalah salah satu tempat paling bersinar di era kegelapan.

Ketika pada 24 Agustus 2015 investor di sekujur dunia mendadak rugi 2,7 triliun dolar AS, Indonesia, Malaysia, dan Thailand, terpukul hebat, Korsel sama sekali tidak mengalami gonjang-ganjing.

Situasi Agustus 2015 lalu relatif sama dengan September 2008, ketika terjadi aksi jual gila-gilaan menyusul kejatuhan Lehman Brothers. Bedanya, Korsel bukan lagi korbannya.

Tahun 2008, saat Lehman Brothers ambruk, Korsel babak belur dan banyak pakar meramalkan negeri ginseng itu akan menjadi Eslandia berikut. Kini, Korsel — bersama Filipina — adalah salah satu tempat berlindung dari kekacauan.

Lalu, apa yang terjadi dengan Malaysia, Thailand, Indonesia?

Menurut Bloomberg, di Malaysia PM Najib Razak lebih peduli mempertahankan kekuasaan ketimbang memodernisasi ekonomi produktif negaranya. PM Najib juga dilanda isu korupsi, dan ketidak-percayaan publik, yang membuat ringgit terus melemah sampai pada titik terendah dalam 17 tahun terakhir.

Di Thailand, junta militer mencatat banyak kemajuan sejak 1990-an dalam supremasi hukum. Di Indonesia, Presiden Joko Widodo cepat kehilangan kepercayaan dari investor.

Masih ada waktu bagi Jokowi untuk memperoleh kepercayaan investor, namun 315 hari pertamanya di istana kepresidenan akan menjadi studi kasus tentang ketakutan, hanyut, dan hilangnya kesempatan.

Korsel berada pada sisi paling kredibel. Ketika perekonomian Cina melambat dan suku bunga AS naik, won sama sekali tidak terganggu. Kenaikan 2,7 persen yang dibuat won hampir sama dengan penurunan yuan sejak 11 Agustus.

Menurut Bloomberg, sudah saatnya Korsel diperhitungkan sebagai negara maju, karena makroekonomia layak mendapat pengakuan dari investor.

Filipina, sejak diperintah Benigno Aquino Jr, terus meningkatkan posisi utang, memberatas korupsi, dan menarik investasi langsung dari luar negeri. Negeri yang sekian lama diejek sebagai sick man of Asia, kini menjadi berdiri gagal di tengah kekacauan pasar.

Kasus Filipina dan Korsel membuktikan pentingnya kepemimpinan yang stabil dan berpikir jangka panjang. Yang juga penting adalah investor global semakin baik mengidentifikasi kedua faktor itu di Asia.


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*