Meneropong Saham-saham Minyak dan Gas

INILAHCOM, Jakarta–Prospek harga saham–saham yang diterbitkan emiten minyak dan gas ditengarai analis masih positif sampai akhir 2016. Sayangnya, tidak semua saham berbasis minyak dan gas bakal melaju bulish. Seperti apa?

Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan saham PT Elnusa Tbk (ELSA) yang nampak masih cerah prospeknya. Yang lainnya belum terlihat aura positif dari pergerakan saham-sahamnya.

“Dilihat realitanya, harga minyak dan laporan stok minyak AS kalau berkurang, akan menaikan harga saham–saham energi,” ujar dia di Jakarta, Senin (17/10/2016).

Pendukung harga saham’saham minyak dan gas, lanjut dia, juga masih berasal dari faktor global. Sebut saja OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi yang bersepakat untuk menahan laju produksi. Tujuanya untuk menaikan harga minyak dunia.

Untuk saham MEDC, target resistensi Rp1.535 dengan support Rp1.300. Untuk target akhir tahun dia optimistis akan tercapai di level Rp2.200. “Pergerakan sahamnya lebih baik karena ada trading, namun tidak tinggi volumenya. Secara teknikal sudah murah karena Moving Average (MA) 200,” papar dia.

Sedangkan tren pergerakan saham PT Elnusa Tbk (ELSA), cukup positif baik untuk jangka pendek maupun menengah. Harga saham secara resistensi di Rp535 dan support di Rp420 dengan target akhir tahun harga sahamnya di level Rp730.

Adapun harga saham Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) cenderung bearish atau tren harganya melemah. Secara kinerja pada kuartal II– 2016, emiten ini alami rugi bersih Rp1 triliun. Kabarnya kuartal III–2016, laporan keuangannya belum akan membaik. Oleh karena itu, harga sahamnya berada di zona Rp50 per saham.

Begitu juga dengan saham PT Benakat Integra Tbk (BIPI) yang harganya berada di zona Rp50. Hanya saja, saham ini masih bisa ditradingkan di pasar negoisasi. Kabar terakhir, BIPI masih bergelut dengan restrukturisasi utang dalam mata uang dolar.

Diketahui utang BIPI sebanyak US$400 juta. Di antaranya berasal dari anak usahanya yaitu, Nixon Investments Pte, Ltd kepada Credit Suisse AG, Singapura. Utang anak usaha tersebut mencapai US$300 juta yang terdiri dari tiga fasilitas, masing-masing sebesar US$ 107,67 juta, US$ 83,81 juta, dan US$ 108,52 juta. Jatuh tempo pinjaman ini pada tahun 2017 mendatang. Beban bunga utang tersebut mencapai 12% per tahun. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*