Mendekati Klimaks Penantian Sikap The FED

shadow

FINANCEROLL – Dengan was-was, pasar menunggu hasil pertemuan Dewan Gubernur Bank Sentral AS, FOMC yang berlangsung selama 2 hari. Sedianya, hasil pertemuan akan diumumkan pada pukul 2 siang hari Kamis waktu setempat.

Menariknya, berbagai data ekonomi AS terkini justru memberikan sinyal saling menyilang. Tingkat pengangguran yang turun namun inflasi seperti jalan ditempat. Disisi lain, kondisi ekonomi Tiongkok masih lemah pertumbuhannya. Alhasil bursa saham Shanghai anjlok 40% dalam tiga bulan terakhir. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan pasar global. Bagi perbankan internasional dan lembaga-lembaga investasi, kondisi ini masih memungkinkan bagi The FED untuk menaikkan suku bunga. Sebaliknya, hampir sebagian besar pelaku pasar yakin The FED tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kali ini. Sesuai dengan mandat Kongres, The Federal Reserve dibebani untuk mengurangi pengangguran dan memperhatikan masalah inflasi manakala mereka akan mengambil kebijakan moneter. Tingkat pengangguran AS memang turun ke 5,1% dibulan Agustus, suatu level dimana The Fed telah mentargetkannya dan memperkirakan akan mendorong pertumbuhan tingkat upah kerja dan inflasi, namun rata-rata pendapatan perjam hanya mengalami kenaikan 2,2 % dari tahun lalu.

Meskipun The FED telah menjalankan kebijakan suku bunga ultra rendah, antara 0,00% – 0,25% sejak 2008, namun inflasi AS masih belum melejit. Padahal di kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi telah mencapai 3,7%. Data terbaru lainnya menyatakan bahwa Indek Harga Konsumen AS menurun pada bulan Agustus lalu. Menguatnya nilai tukar Dolar AS membebani bea impor, belum lagi dengan naiknya harga bahan bakar. Indek Dolar AS, naik 17,1 % atas mata uang besar lainnya sejak Juni 2014. Harga Konsumen AS menurun 0,1 %, untuk pertama kalinya sejak Januari silam, meski dibulan Juli sempat naik 0,1%. Dalam 12 bulan terakhir, hingga Agustus, Indek Harga Konsumen naik 0,2 %. Untuk Indek harga konsumen dengan tidak memasukkan harga bahan bakar dan makanan, mengalami kenaikan 0,1% sama seperti bulan Juli. Dalam satu tahun terakhir ini, hingga Agustus kemarin, CPI AS naik 1,8%.

Rencana kenaikan suku bunga telah membuat nilai tukar Dolar AS menguat sejak tahun lalu, dan melemahkan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang yang juga terpukul dengan jatuhnya permintaan komoditi oleh Tiongkok. Sementara, sejak pertemuan The Fed pada Juli kemarin, Gubernur Bank Sentral AS, Janet Yellen tidak berkomentar apa-apa. Mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga dilakukan buln Desember. Kondisi pasar global yang fluktuatif, didorong permasalahn pertumbuhan ekonomi global, dianggap menjadi penahan bagi the Fed untuk menaikkan suku bunga selekasnya. (Lukman Hqeem)


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*