Menanti berlanjutnya efek obat kuat rupiah

JAKARTA. Selama tujuh hari berturut-turut, nilai tukar rupiah perkasa di hadapan dollar Amerika Serikat. Jika skenario positif terwujud, mata uang Garuda masih punya tenaga menanjak di hari kedelapan.

Di pasar spot, Senin (7/3) rupiah menguat 0,36% ke level Rp 13.085 per dollar AS. Adapun kurs tengah Bank Indonesia memperlihatkan, rupiah naik 0,98% menjadi Rp 13.029 per dollar AS.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, data ekonomi AS pekan lalu bervariasi. Data tenaga kerja naik, tapi tingkat pertumbuhan gaji menurun. Hal ini menekan dollar AS dan otomatis mengangkat rupiah.

Dari dalam negeri, BI mengumumkan data cadangan devisa Februari naik US$ 2,4 menjadi US$ 104,5 miliar. Ini positif untuk rupiah. Kenaikan cadangan devisa sejalan dengan aliran masuk modal asing. “Kenaikan harga minyak hingga US$ 36 per barel turut mendukung rupiah,” kata Josua.

Ia memperkirakan, rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan di hari kedelapan. Pekan ini Bank Sentral Eropa (ECB) menggelar pertemuan.

Analis memprediksi, ECB kembali melonggarkan kebijakan dengan memangkas suku bunga ke level negatif. Ini menjadi keuntungan bagi aset yang menawarkan yield lebih besar, salah satunya Indonesia.

Suluh Adil Wicaksono, analis Millenium Penata Futures, mengatakan, optimisme BI dengan menurunkan tingkat suku bunga 25 basis poin pada bulan lalu disambut positif pasar. Selanjutnya, rupiah menunggu hasil rapat BI pada pertengahan bulan ini.

“Ada kemungkinan suku bunga kembali dipangkas,” ujar dia. Suluh memproyeksikan, rupiah hari ini (8/3) menguat di kisaran Rp 12.950 – Rp 13.150 per dollar AS. Sedangkan Josua menduga, rupiah menguat pada rentang Rp 12.950 hingga Rp 13.100 per dollar AS.


Distribusi: Kontan Online

Speak Your Mind

*

*