Membayangkan Hidup di New York, Inilah Ceritanya

INILAHCOM, New York – Ternyata kehidupan di New York tidaklah semudah yang dibayangkan. Bahkan jika gaji yang diperoleh mencapai angka enam digit pun masih akan sulit bagi keluarga yang tinggal di sana.

Begitu pula dengan keluarga rata-rata di Amerika yang memiliki pengeluaran melebihi rata-rata pemasukannya.

Sebuah analisis terbaru dari Sam Dogen di website keuangan pribadinya, Financial Samurai, menunjukkan bahwa sangat sulit bagi keluarga dengan pendapatan tinggi sekalipun untuk bertahan dalam ‘rat race’ di New York  City, salah satu tempat dengan priciest hidup tertinggi di dunia.

Ia menganalisa anggaran keuangan untuk keluarga imajiner yang terdiri dari empat orang yang mana kedua orang tua sebagai pencari nafkah dan masing-masing menghasilkan US$250.000 (Rp3,3 miliar kurs Rp13.317) dalam setahun. Setelah dikurangi pajak, kontribusi 401(k) (simpanan pensiun), perawatan anak dan rumah, keluarga ini hanya akan menyisakan US$7.300 (Rp97,22 juta kurs Rp13.317) dalam setahunnya. Seolah mereka hanya bertahan hidup dari gaji ke gaji berikutnya.

Mungkin tidak sulit bagi seorang pengacar untuk menghasilkan US$500.000 dalam setahun atau bahkan US$250.000. Tetapi analis mengatakan bahwa sangat mudah untuk mengubah gaji yang tinggi dan menjadi tak tersisa.

Dogen mengatakan bahwa tekanan dari teman sebaya untuk menghabiskan lebih banyak adalah faktor paling utamanya.

Jadi bagaimana dengan warga Amerika lainnya yang memiliki pendapatan rata-rata namun dengan gaya hidup yang sama?

Dilansir dari marketwatch.com, mareka akan berutang sebesar US$27.000 dalam setahun. Jika mereka menghabiskan sejumlah rata-rata yang dihabiskan penduduk Amerika lainnya. Perbedaan yang besar dalam stabilitas ekonomi ini terjadi  bahkan setelah dikurangi untuk biaya perumahan yang lebih rendah dan menurunkan jumlah liburan dalam satu tahunnya.

Kebanyakan orang Amerika tidak akan berutang lebih dari US$20.000 dalam satu tahun (rumah tangga rata-rata dengan utang kartu kredit US$16.061, naik sekitar 10% dari US$14.546 10 tahun yang lalu dan US$15.762 tahun lalu). Sehingga tingkat pengeluarannya relatif tinggi.

Keluarga fiksi kedua di New York versi Dogen, melakukan tiga kali liburan dalam setahunnya, lebih banyak dibanding dari warga Amerika kebanyakan, dan membayar pajak properti sebesar US$1,5 juta. Jauh lebih tinggi dari nilai rata-rata di Manhattan.

Mereka juga menghabiskan sebesar US$12.000 untuk kelas musik dan olahraga, dan mengatakan bahwa tekanan untuk masuk SMA private di New York dan Los Angeles menyebabkan keluarga menghabiskan lebih banyak uang untuk kegiatan ekstra kurikuler.

Perbandingan yang dibuat MarketWatch dan Financial Samurai ini menunjukkan bahwa orang dalam tiap tingkatan perekonomian memiliki masalahnya masing-masing jika tidak mengatur anggarannya dengan baik. Demikian menurut Mark Hamrick, kepala biro Washington untuk situs keuangan swasta Bankrate.com.

“Banyak orang Amerika, tidak peduli dimana mereka tinggal dan berapa banyak uang yang dihasilkan, membuat keuangannya selal berada di break even. Kami mengingatkan bahwa tingginya persentase dari pemenang lotere yang bangkrut. Masalahnya bukan karena jumlah uang tidak cukup. Melainkan kegagalan dalam membua anggaran yang realistis. Inilah sebabnya mengapa mempertahankan tabungan yang memadai menjadi sangat penting,” katanya.

“Tidak ada keraguan bahwa hidup di New York bisa menjadi sangat mahal, tetapi perlu diingat bahwa untuk setiap calon jutawan, ada orang lain yang berperan sebagai pendukung yang bekerja di restoran dan tempat lain yang hanya berpenghasilan kebih signifikan kurang dari ratusan ribu dolar per tahunnya. Beberapa dari orang-orang ini, pada kenyataannya, mungkin lebih baiik  dalam berhemat dibandingkan dengan orang-orang yang berpendapatan lebih besar. Mereka bahkan menghabiskan waktu makan siangnya dengan bekerja,” kata Hamrick. [hid]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*