Masuk Perbatasan Timor Leste, Belanja Bisa Pakai Rupiah dan Dolar

Atambua -Melewati Pos Perbatasan Lintas Negara antara Indonesia-Timor Leste, menuju Dili (Ibu Kota Timor Leste) dari kawasan Motaain, Atambua, tak terasa sudah berada di luar Indonesia. Kondisi jalan dan rumah-rumah perkampungan warga di wilayah Batu Gede yang merupakan titik terluar Timor Leste yang berbatasan langsung dengan Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak jauh berbeda.

Sepanjang perjalanan kurang lebih 2-3 kilometer (km) dari titik pos perbatasan Timor Leste, perkampungan warga dan beberapa warung menjadi pemandangan umum di wilayah Timor Leste ini.‎ DetikFinance sempat mampir ke sebuah toko tak bernama, di tepi jalan kawasan Batu Gede, Timor Leste.

Barang yang dijual di toko ini cukup lengkap meski lokasinya di wilayah perbatasan. Pemiliknya merupakan orang Timor Leste yang istrinya merupakan warga negara Indonesia.

Pada toko berukuran 5 x 5 meter ini, berbagai barang kebutuhan pokok dijual. Hampir mayoritas produk yang dijual berasal dari Indonesia. Kebutuhan sehari-hari rumah tangga mendominasi barang-barang di toko ini, antara lain sabun, pasta gigi, pampers, deterjen, pembalut, ban, dan lain-lainnya.

Selain itu, ada beberapa barang-barang impor seperti makanan, minuman beralkohol jenis wine cukup banyak disajikan. Para penjaga toko ini justru berasal dari Indonesia, seperti ‎Ajo Dacrus yang menjaga toko karena membantu kakaknya yang merupakan pemilik toko. Selain itu, ada Fanny warga Sumatera Utara yang bekerja di toko ini.

“Banyak juga yang belanja dari Indonesia, mereka datang pakai mobil, sampai 8 kendaraan setiap harinya,” kata Ajo, di tokonya di jalan Batu Gede, Timor Leste, Jumat (16/10/2015)

Ia mengatakan, orang Indonesia khususnya dari Atambua paling banyak belanja minuman beralkohol, seperti wine. Toko ini menjual berbagai jenis wine impor, khususnya dari Portugal. Harganya mulai dari‎ US$ 13, US$ 16, US$ 16, US$ 20, hingga US$ 35 per botol.

“Kebanyakan minuman beli, dari sini, kalau makanan ringan tidak beli di sini,” katanya.

Ajo mengatakan, tokonya menerima transaksi dengan mata uang dolar AS dan rupiah. Menurutnya penggunaan dua mata uang tersebut sudah biasa di tokonya, karena pembelinya bukan hanya warga Timor Leste, juga warga negara Indonesia.‎

“Sejak toko berdiri, kami terima dolar AS dan rupiah,” katanya.

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Timur (NTT), Tigor Sinaga, transaksi perdagangan di lintas batas Indonesia-Timor Leste cukup besar. Berdasarkan catatannya, setiap bulan setidaknya ada ada penukaran dolar AS di wilayah perbatasan termasuk di Kota Atambua mencapai US$ 1,5 juta setiap bulan, yang dihimpun dari money changer yang beroperasi di kawasan perbatasan Atambua.

Menurut Tigor, banyak warga Timor Leste yang membeli di toko-toko di Indonesia, khususnya untuk produk-produk barang konsumsi kebutuhan rumah tangga, bahan bangunan, termasuk suku cadang kendaraan bermotor. Begitu pula warga Indonesia yang juga belanja ke wilayah Timor Leste.

“Di sini (Timor Leste) rupiah diterima‎,” kata Tigor.

(hen/dnl)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com


Distribusi: finance.detik

Speak Your Mind

*

*