Sekretaris Jenderal (Sekjen) INACA, Tengku Burhanuddin, mengatakan banyak komponen yang terimbas langsung dengan penguatan dolar AS, mulai dari biaya avtur sampai asuransi pesawat.
“Pendapatan kita dalam rupiah, ini yang bikin kita sulit,” ujarnya di Kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Selasa (10/3/2015).
Saat ini sudah ada maskapai yang lakukan lindung nilai alias hegding, demi menghadapi pelemahan rupiah. Salah satunya adalah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Tapi masih banyak juga maskapai yang belum pakai ‘asuransi valas’. Sehingga, jika penguatan dolar terlalu tinggi, maka maskapai dalam negeri bisa kesulitan.
“Rupiah nanti Rp 13.500 (per dolar AS),” ujarnya.
Apalagi, jika dolar semakin tinggi maka bisa menurunkan daya beli masyarakat. Turunnya daya beli ini bisa mengganggu bisnis penerbangan dalam negeri.
Untungnya, dalam waktu dekat ini bisnis travel untuk liburan maupun umrah dan naik haji masih belum terkena pengaruh dari penguatan dolar AS.
(ang/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
—
Distribusi: finance.detik
Speak Your Mind