Lesunya Komoditas & Yen Sumbang Kekalahan Rupiah

INILAHCOM, Jakarta—Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah kalah oleh dolar AS. Di antara pemicunya adalah pelemahan harga komoditas dan kembali melandainya yen Jepang terhadap dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir ditransaksikan melemah 42 poin (0,31%) ke posisi 13.246 pada pekan yang berakhir Rabu (4/5/2016) dibandingkan akhir pekan sebelumnya di angka 13.204 per Jumat (29/4/2016).

“Laju rupiah kembali melemah sepanjang pekan lalu,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI)  kepada INILAHCOM di Jakarta,  Minggu (8/5/2016).

Secara tidak diduga, laju rupiah mampu kembali mengalami rebound jelang akhir sesi perdagangan di awal pekan. “Pergerakan positif ini setelah dirilisnya data inflasi Indonesia yang direspon positif oleh para pelaku pasar,” ujarnya.

Sebelumnya, rilisnya inflasi Indonesia 3,60% secara tahunan atau berada di bawah konsensus yang memperkirakan Inflasi Indonesia 3,78% berimbas pada penguatan rupiah pasca-The Fed pada Rabu (27/4) mengindikasikan bahwa tidak terburu-buru untuk menaikkan suku bunga dan hari berikutnya Bank of Japan (BoJ)menolak stimulus lebih lanjut yang membuat yen naik.

Meski harga minyak mentah mengalami penurunan namun, tidak sampai membuat laju dolar AS menguat dan sebaliknya mengalami penurunan seiring melemahnya data-data ekonomi AS. “Laju rupiah awalnya mendapat sentimen positif dari kembali melemahnya laju dolar AS pasca meresponskurang baiknya data-data makro AS yang masih cenderung melambat,” ungkap dia.

Akan tetapi, kata dia, pelemahan tersebut menjadi lebih terbatas pasca dirilisnya pemberitaan dari salah satu petinggi The Fed yang mengatakan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed pada Juni 2016 nanti. “Di sisi lain, adanya rilis pelemahan angka pertumbuhan GDP dalam negeri turut mempengaruhi laju rupiah yang kembali terperosok,” ucapnya.

Setelah terakselerasi pada kuartal IV/2015 sebesar 5,04%, laju Produk Domestik Bruto (PDB)kuartal I-2016 kembali melambat di leval 4,92%secara tahunan.Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan,memang pertumbuhan tersebut lebih rendah dari capaian kuartal IV-2015 sebesar 5,04%.

Akan tetapi, jika dibandingkan kuartal I-2015 yang tercatat tumbuh 4,73% ada kenaikan tipis. Kemudian, kuartal II-2015 dan kuartal III-2015 sebesar 4,66% dan 4,74%. “Adapun, sebelumnya kami perkirakan PDB berada pada kisaran 5,0%-5,01% dan surveikonsensusBloomberg sebelumnyamemprediksi PDB Indonesia sebesar5,07%,” ucapnya.

Tidak berbeda dengan hari sebelumnya, dimana laju rupiah masih konsolidasi cenderung menguat. Harga minyak mentah dunia yang masih melemah terlihat membatasi ruang gerak mata uang rupiah.

Padahal, laju dolar AS juga sedang melemah  seiring pelemahan pada data-data indeks manufaktur AS yang di bulan April mencapai 50,8, menurun dari periode Maret di 51,8. Kondisi harga minyak yang rendah dan dolar AS yang kuat membebani industri di AS.

Dari dalam negeri, laju inflasi yang diumumkan stabil masih menjadi sentimen positif bagi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS)mencatat pada April 2016 terjadi deflasi sebesar 0,45%, atau yang terbesar sejak tahun 2000 sehingga inflasi tahun kalender Januari-April 2016 tercatat 0,16% dan laju inflasi secara tahunan sebesar 3,6%.

Adapun pelemahan trenkomoditas disebabkan naiknya produksi OPEC yang mencapai 32,64 juta barel per hari setelah Irak kembali meningkatkan ekspor minyak seiring naiknya ekspor Rusia (Non-OPEC). “Di sisi lain, mulai berkurangnya penguatan laju Yen juga turut mempengaruhi pergerakan laju rupiah,” papar dia.

Cenderung menguatnya laju dolar AS membawa rupiah kembali mendekam dalam zona merah di tengah minimnya hari transaksi di pasar valas dalam negeri.

Laju rupiah hampir mendekati target area support13.315. “Arah berikutnya, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berpeluang melaju dalam kisaran support dan resisten 13.324-13.220,” imbuhnya. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*