Laju Saham-saham Bank Diprediksi Jalan di Tempat

INILAHCOM, Jakarta–Hingga penghujung tahun 2016, laju saham-saham perbankan diprediksi belum mencapai angka yang diekspektasikan karena cenderung jalan di tempat. Banyak faktor yang mempengaruhinya.

Kepala Riset Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan, penyebab harga saham perbankan tidak bergerak karena secara fundamental terjadi perlambatan kredit. Secara industri, pertumbuhan kredit hanya berada pada kisaran 7-9% hingga akhir 2016.

“Harga saham-saham perbankan sampai akhir tahun akan flat belum ada kenaikan yang signifikan. Perlambatan kredit jadi pemicunya,” ujar dia di Jakarta, baru-baru ini.

Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi kredit yang disalurkan perbankan pada akhir Mei 2016 tercatat Rp4.099 triliun atau tumbuh 8% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 7,7% (yoy). Peningkatan pertumbuhan kredit terutama terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK).

Pertumbuhan kredit yang melambat, lanjut Alfred, dipengaruhi permintaan yang rendah. “Perbankan kesulitan dalam melempar kredit. Padahal, dana di perbankan harus segera menjadi nilai kredit ke masyarakat dan berbagai proyek baik pememerintah maupun swasta,” timpal dia.

Perbankan besar, saat ini berlomba mengucurkan kredit ke sektor infrastruktur. Pasalnya, pemerintah konsentrasi pada pembangunan infrastruktur. “Hanya perbankan yang mempunyai likuiditas longgarlah yang akan mampu meraup proyek pemerintah tersebut,” ucapnya.

Dia menegaskan, pelambatan kredit lebih dipicu oleh faktor fundamental. “Saya lihat bank dalam kategori sangat hati hati melempar kredit sebagai penyebab utama kredit melambat,” ungkap Alfred.

Di lain sisi, kata dia, pergerakan saham-saham perbankan dipengaruhi oleh faktor window dressing yang biasanya diartikan sebagai kondisi di mana IHSG akan cenderung menguat menjelang penutupan akhir tahun.

Penyebab terjadinya window dressing berasal dari beberapa hal, seperti spekulasi pada kinerja dari emiten (perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa) di akhir tahun ini yang diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan positifnya data-data ekonomi menjelang akhir tahun, hingga pola anomali pasar saham yang secara historis sering terulang dan menjadi sebuah kebiasaan.

“Saya melihat potensi penguatan saham-saham perbankan murni ditopang oleh window dressing,” kata Alfred tegas. “Saya merekomondasikan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target pada harga kisaran Rp13.300 pada akhir tahun. Sebab, secara kredit BRI berpeluang tumbuh 12-14%. Angka ini jelas lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan secara keseluruhan.” [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*