Laju Rupiah Terus Hantui Pasar Obligasi Sepekan

INILAHCOM, Jakarta- Dalam sepekan terakhir, laju pasar obligasi melandai terutama yang bertenor panjang seiring pelemahan obligasi global. Pelemahan rupiah juga memperparah keadaan.

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, laju pasar obligasi tampaknya masih melanjutkan pelemahannya di pekan kemarin seiring belum adanya sentimen positif yang dapat dijadikan pegangan positif. “Kecenderungan penurunan pada pasar obligasi global, secara tidak langung mempengaruhi laju pasar obligasi di dalam negeri,” katanya kepada INILAHCOM di Jakarta, Minggu (9/8/2015).

Apalagi, lanjut dia, sentimen dari laju rupiah terus menghantui gerak obligasi dalam negeri. “Kondisi yang adanya pun di pekan kemarin kurang lebih sama dimana maraknya sentimen negatif membuat pelaku pasar cenderung melakukan aksi jualnya meski tidak sederas pekan sebelumnya,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar pun juga ada yang kembali melakukan aksi beli meski belum meningkat secara signifikan sehingga belum dapat membalikan arah pasar obligasi secara keseluruhan. “Pelemahan lanjutan pun tak terhindarkan yang terlihat dari pergerakan tenor obligasi yang cenderung meningkat hampir di seluruh tenor,” tuturnya.

Di sisi lain, melemahnya laju rupiah juga turut menghambat pasar obligasi untuk dapat bergerak positif. “Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield cenderung meningkat tipis,” ucapnya.

Hal itu terlihat seperti yang terjadi dengan rating AA dimana di pekan sebelumnya di kisaran 10,65%-10,75% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin pergerakannya cenderung naik berada di kisaran 10,68%-10,77%.

Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini lebih kombinasi dipengaruhi oleh sentimen dari eksternal berupa pelemahan pasar obligasi global. “Sementara sentimen internal berupa pelemahan nilai tukar rupiah,” ucapnya.

Harga obligasi Pemerintahvariatif cenderung melemah tipis yang terefleksi dari turunnya yield untuk tenor pendek dan menengah namun, yield tenor panjang meningkat. Kenaikan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang (8-30 tahun).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-rata yield -0,94 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar -5,16 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami kenaikan yield hingga 8,11 bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun kembali turun harganya hingga -0,76 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun meningkat harganya hingga 88,39 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah telah melaksanakan penerbitan Samurai Bond melanjutkan penerbilan obligasi luar negeri sebelumnya, Euro Bond. Pemerintah menetapkan kupon Samurai Bond 0,91%-1,38% dan diterbitkan senilai 100 miliar.

Surat utang ini diterbitkan dalam tiga seri. Pertama, tenor tiga tahun ditetapkan dengan kupon 1,08% diterbitkan senilai 22,5 miliar. Seri ini merupakan surat utang yang tidak digaransi atau unguaranteed bonds. Kemudian tenor lima tahun juga unguaranteed bonds ditetapkan dengan kupon 1,38% senilai 22,5 miliar.

Lalu, yang bertenor 10 tahun yang ditetapkan dengan kupon 0,91% senilai 55 miliar. Seri ini merupakan guaranteed dari Japan Bank for International Cooperation atau JBIC. Adapun harga obligasi ditetapkan pada at par.

Pada Selasa (4/8/2015) waktu Tokyo telah dilakukan pricing Samurai bonds dimana yen swap offered rate untuk tiga, lima dan 10 tahun masing-masing 0,21%,0,30% dan 0,64%.

Dari dalam negeri, di pekan kemarin juga secara simultan pemerintah juga ikut melelang Surat UtangNegara dalam mata uang rupiah yang telah dilakukan oleh pemerintah pada hari Selasa, 4 Agustus2015. Rencana jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp10triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

a. Seri SPN12151105 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 5 November 2015;

b. Seri SPN12160805 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 5 Agustus 2016;

c. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021; dan

d. Seri FR0073 (new issuance) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.

Dalam lelang di pekan kemarin, pemerintah menawarkan dua seri SPN dan 2 seri kupon tetap (FR). Seri FR0053 mendapatkan total penawaran tertinggi yakni sebesar Rp 16,466 triliun yang akhirnya dimenangkan pemerintah sebesar Rp 8,2 triliun.

Selanjutnya, Seri FR0073 dengan total penawaran Rp 6,47 triliun yang dimenangkan pemerintah hingga Rp 4,3 triliun. Sedangkan seri SPN12151105 memperoleh penawaran hingga Rp 2,65 triliun yang dimenangkan pemerintah sebanyak Rp 1 triliun. Seri SPN12160805 mendapatkan penawaran hingga Rp 2,476 triliun dan dimenangkan pemerintah sekitar Rp 1,5 triliun. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*