Laju Pasar Obligasi Sepekan Hilang Tenaga

INILAHCOM, Jakarta Meski IHSG bertahan di zona positif, laju pasar obligasi kehilangan tenaga dalam sepekan terakhir. Itu terjadi lantaran nilai tukar rupiah yang juga mulai kehilangan momentum penguatan.

“Meski laju IHSG masih dapat bertahan di zona hijau, tidak halnya dengan laju pasar obligasiyang masih cenderung bergerak variatif. Mulai adanya aksi ambil untung pascapasar obligasi mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir membuat laju penguatan yang telah dibentuk menjadi berkurang,” kata Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) kepada INILAHCOM, di Jakarta, Minggu (18/9/2015).

Pelaku pasar pun, lanjut dia, mengurangi volume pembelian di beberapa seri tenor.Rupiah yang mulai berkurang penguatannya turut memicu variatifnya laju pasar obligasi.”Laju variatif masih diperlihatkan di pasar obligasi dimana tekanan jual masih mewarnai perdagangan obligasi jelang Libur Tahun Baru Islam,” ujarnya.

Meski demikian, anjloknya IHSG tampak tidak banyak berpengaruh signifikan pada laju pasar obligasi. Bahkan kembali melemah tajamnya rupiah juga tidak terlalu banyak berdampak secara signifikan.

Pergerakan sejumlah obligasi regional yang masih bertahan naik turut dapat menopang pergerakan obligasi dalam negeri sehingga pelemahan yang terjadi masih dapat tertahan.”Di tengah terpaan aksi jual pada beberapa seri obligasi namun, secara keseluruhan masih dapat mengalami kenaikan,” tuturnya.

Meski laju rupiah mengalami penguatan, laju pasar obligasi cenderung mengalami penurunan. “Tampaknya tekanan jual masih berlanjut dimana marak obligasi yang mengalami pelemahan,” ujarnya.

Tentu saja pemandangan ini berbeda dengan pasar ekuitas dimana mampu berbalik menguat. “Tampaknya pelaku pasar obligasi lebih berhati-hati dan mengurangi aktivitas trading obligasinya seiring jelang pengumuman BI rate setelah market tutup. Mayoritas harga obligasi mengalami penurunan yang terefleksi pada meningkatnya yield seluruh tenor,” ungkap dia.

Meski pelemahan yang terjadi membuat harga obligasi kian rendah dan bahkan kembali di bawah harga par, namun belum banyak pelaku pasar yang kembali mengkoleksi obligasi. “Tidak hanya pada obligasi pemerintah, pada obligasi korporasi laju yield mulai menunjukan adanya penurunan meski tidak terlalu signifikan,” tuturnya.

Obligasi dengan rating AA yang di pekan sebelumnya di kisaran 11,30%-11,35%untuk tenor 9-10 tahun, di pekan kemarin pergerakannya naik ke kisaran 11,40%-11,45% seiring pelemahan pada laju pasar obligasi.Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi kali ini lebih banyak dipengaruhi kondisi luar negeri dan dalam negeri terutama oleh lonjakan penguatan nilai tukar rupiah,” papar dia.

Kembali adanya sentimen negatif yang dibarengi maraknya aksi jual membuat secara mingguan harga obligasi pemerintahcenderung dapat bergerak melemah. “Akan tetapi, pelemahan yang terjadi belum terlalu signifikan sehingga secara mingguan masih terlihat positif yang terefleksi dari turunnya yield untuk semua tenor,” ucapnya.

Penurunan yield rata-rata yang terbesar diraih oleh obligasi tenor panjang(8-30tahun).Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-rata yield -10,01bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar -6,91bps; dan tenor panjang (8-30tahun) mengalami penurunan yield -42,19bps.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo 4 tahun cenderung turunharganya hingga -4,43 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo 9 tahun turunharganya hingga -70,13 bps.

Di pekan kemarin, pemerintah Indonesia kembali melakukan lelang pada hari Selasa, 13 Oktober 2015. Jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015. Adapun seri-seri sebagai berikut:

a. Seri SPN03160115 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 15 Januari 2016;

  1. Seri SPN12161015 (new issuance) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 15 Oktober 2016;
  2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
  3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
  4. Seri FR0072 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2036.

Di pekan kemarin, nilai permintaan yang diminta pelaku pasar mengalami peningkatan dari lelang SUN sebelumnya yang didukung dengan adanya tambahan seri SUN jangka pendek yang dilelang. Maraknya aksi jual tidak menyurutkan minat pelaku pasar untuk ikut terlibat dalam lelang obligasi di pekan kemarin.

Dalam hal penyerapannya mampu lebih baik dari lelang SUN sebelumnya. Adapun jumlah SUNyang dilelang bertambah 1 sehingga terdapat 5 seri SUN yang dilelang. Lelang SUNyang terserap lebih banyak pada tenor jangka pendek yang terlihat dari besaran bid to cover-nya.

Dalam lelang kali ini, total permintaan yang masuk mencapai Rp11,20 triliun, lebih tinggi dibandingkan lelang SUN periode sebelumnya, Selasa (29/9) yang mencapai Rp8,25 triliun.

Pada lelang kali ini, lelang berhasil diserap Rp8,35 triliun atau lebih tinggi dari target indikatif yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp8 triliun. Pemerintah memenangkan seluruh seri SUN.

Adapunseri yang dimenangkan antaralain seri SPN03160115 dengan permintaan yang masuk dari investor Rp1 triliun. Imbal hasil terendah yang masuk sebesar 5,85% dan Imbal hasil tertinggi 7,25%. Seri ini diserap Rp650 miliar dengan Imbal hasil rata-rata tertimbang 6,23% dan tingkat imbalan diskonto.

Kemudian, seri SPN12161015mengalami permintaan Rp1,58 triliun dengan Imbal hasil terendah 7,00% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,00% serta diserap Rp650 miliar. Seri FR0053mengalami permintaan Rp1,82 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,40% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,95% serta diserap Rp1,45 miliar.

Seri FR0056mengalami permintaan Rp4,62 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,44% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 8,95% serta diserap Rp3,8 triliun. Sementara untuk seri FR0072 mengalami permintaan Rp2,17 triliun dengan Imbal hasil terendah 8,82% dan Imbal hasil tertinggi yang masuk 10,12% serta diserap Rp1,8 triliun. [jin]


Distribusi: Inilah.com – Pasarmodal

Speak Your Mind

*

*