Laba Bersih PT Adaro Energy Anjlok 23,85%


shadow

Financeroll – Laba bersih PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), perusahaan batu bara milik orang terkaya ke-37 di Indonesia versi majalah Forbes, Garibaldi Thohir, anjlok 23,85% akibat tekanan rendahnya harga komoditas.

Direktur Utama Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan situasi makro pada tahun lalu masih sulit dengan harga batu bara yang masih tertekan akibat kelebihan pasokan di pasar.

“Kami memperkirakan kondisi pasar masih akan menantang di tahun 2015. Namun, kami yakin fundamental jangka panjang untuk sektor batu bara dan energi masih tetap kokoh,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Fokus perseroan pada tahun ini terutama pada keunggulan operasional, menjaga kas dan pengembangan bisnis, termasuk memperkuat bisnis logistik dan bergerak ke hilir menuju bisnis ketenagalistrikan.

Emiten berkode saham ADRO tersebut tetap pada jalur yang tepat untuk menciptakan nilai maksimum dari batu bara di Indonesia. Termasuk untuk membayar dividen tunai tahunan dan membantu membangun negara.

Harga batu bara internasional, mengalami penurunan sebesar 17% pada tahun lalu dengan harga rata-rata pada kisaran US$70,95 akibat kelebihan pasokan batu bara yang masih berlanjut.

Pelemahan permintaan domestik China, katanya, depresiasi mata uang negara-negara eksportir utama batu bara terhadap dolar AS, dan kontrak take-or-pay Australia juga menjadi faktor di balik melemahnya harga batu bara internasional.

Permintaan impor batu bara dari China melorot hingga 22 juta ton pada 2014 akibat kelebihan pasokan di wilayah pesisir China. Pemerintah China juga menerbitkan beberapa kebijakan untuk membatasi impor di wilayah pesisir seperti aturan baru mengenai pajak impor untuk batu bara termal sebesar 6% dan mengenai pengendalian kualitas.

Akan tetapi kedua kebijakan itu tidak berdampak besar karena adanya perjanjian perdagangan bebas antara China dan Asean. Selain itu, karakteristik envirocoal Adaro juga memiliki kadar polutan yang sangat rendah.

Di sisi lain, permintaan atas impor batu bara dari India masih kuat pada tahun lalu dan diperkirakan masih akan tumbuh pada tahun ini akibat tingginya pemanfaatan pembangkit listrik tenaga uap. Pasokan dalam negeri di India juga tengah mengalami gangguan.

Sementara itu, permintaan batu bara domestik di Indonesia mengalami pertumbuhan yang stabil sepanjang tahun lalu. Meski tidak sesuai harapan pemerintah, akibat tertundanya rencana pemerintah Indonesia untuk membangun beberapa pembangkit listrik tenaga uap baru.

“Adaro akan terus berpartisipasi dalam mendukung pertumbuhan permintaan domestik dan ekspor,” paparnya.

Secara keseluruhan, Adaro memperkirakan kondisi kelebihan pasokan dan kapasitas masih akan berlanjut pada 2015. Meskipun memang ketidakseimbanngan pasar akan lebih kecil bila dibandingkan pada tahun lalu.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan Adaro meningkat tipis 1% menjadi US$3,3 miliar dengan volume penjualan batu bara meningkat 7% menjadi 57 juta ton. Penjualan itu berupa envirocoal melalui PT Adaro Indonesia dan balangan coal melalui PT Semesta Centramas.

Laba bersih Adaro turun 23,85% menjadi US$178,16 juta atau setara dengan Rp2,3 triliun pada 2014, dari setahun sebelumnya US$233,9 juta atau setara dengan Rp3 triliun.


Distribusi: Financeroll Indonesia

Speak Your Mind

*

*