Krisis Ukraina Mereda, Rupiah Terangkat

Krisis Ukraina Mereda, Rupiah Terangkat

INILAHCOM, Jakarta – Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (5/2/2014) diprediksi menguat terbatas seiring meredanya krisis di Ukraina.

Analis senior Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, Rabu ini, rupiah masih berpotensi menguat tapi terbatas seiring dengan meredanya kekhawatiran pasar atas krisis Ukraina. Sebab, negara barat masih akan melanjutkan upaya diplomatis sehingga otomatis sentimen pengalihan risiko dalam beberapa hari terakhir akan berbalik.

Nanti, kata dia, akan ditandai dengan reli pada pasar aset berisiko termasuk pada rupiah. “Karena itu, rupiah cenderung menguat terbatas dalam kisaran 11.500 hingga 11.625 per dolar AS,” katanya kepada INILAHCOM.

Belakangan, lebih jauh dia menjelaskan, krisis Ukraina mendongkrak harga komoditas seperti minyak dan emas. Meski konflik bisa memudar untuk sementara, gangguan distribusi energi dan gas alam mungkin masih menopang kenaikan harga sektor energi sehingga mengurangi pengaruh positifnya pada rupiah.

Namun demikian, Christian menegaskan, dengan adanya capital outflow dari negara-negara berkembang di Eropa masih menguntungkan aset-aset negara emerging yang memiliki fundamental lebih baik seperti Indonesia. “Karena itu, tetap rupiah berpeluang menguat,” tandas dia.

Sementara itu, lanjut dia, sentimen dari rapat tahunan China berlangsung selama sembilan hari. “Sambil rapat berlangsung kemungkinan akan dihadiri 3 ribu delegasi. Kemudian, hasilnya akan menyetujui beberapa kebijakan dan anggaran 2014,” papar dia.

Fokus Rabu ini, kata dia, pasar menantikan komentar dari Perdana Menteri China untuk merilis ekspektasi target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan inflasi China 2014.

PDB China diprediksi masih ditargetkan pada level 7,5% dan inflasi 3,5% untuk 2014. “Hanya saja, para investor akan memperhatikan apakah 7,5% tersebut merupakan target pertumbuhan minimum atau maksimum yang diekspektasikan oleh pemerintah,” tuturnya.

Jika itu merupakan target minimum, menurut Christian, bakal jadi sentimen positif bagi rupiah karena pemerintah menandakan akan berupaya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

“Di sisi lain, jika 7,5% merupakan target maksimum, mengindikasikan bahwa pemerintah China bisa jadi mengandaikan adanya pertumbuhan yang lebih lemah yang ditoleransi oleh pemerintah,” imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (4/3/2014) ditutup stagnan di 11.585/11.600. [jin]


Sumber: http://www.inilah.com/rss/feed/pasarmodal/

Speak Your Mind

*

*